Kamu punya caramu. Ini caraku. - Nyovika

Selasa, Desember 20, 2011

Aurora Milik Scorpio Part 1

Masih mengantuk, itu yang pertama ia rasakan ketika ia membuka mata dan menemukan sosok cahaya pagi yang menyelinap dari tirai-tirai kamarnya. Ya, kamarnya. Walaupun ia masih merasa ada perbedaan pada kamarnya yang sekarang dengan yang dulu.

Sudah hampir seminggu ia tinggal di rumah ini, karena ayahnya yang harus dipindah tugaskan ke luar kota. Maklum, ayahnya adalah seorang pegawai, bukan bos atau pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Sehingga untuk yang satu ini, ayahnya tidak bisa menolak untuk menggarap proyek gedung Supermarket yang diminta oleh atasannya langsung untuk dikerjakan. Selain itu juga, setelah proyek pembangunan selesai, ayahnya di beri tanggung jawab untuk mengelolahnya dengan baik. Akhirnya anak dan istrinya harus mengikutinya juga, karena pekerjaannya akan berlangsung lama yang memungkinkan mereka untuk harus menetap di Bandung. Karena tidak mungkin ayahnya pulang pergi dengan jarak Yogyakarta-Bandung yang cukup jauh dalam waktu yang singkat.

Beberapa hari setelah mereka sampai disana, ayahnya masih sibuk mengatur waktu untuk pekerjaan barunya, dan memilih tempat untuk sekolah putrinya. Dan hari ini adalah hari pertamanya sekolah.

Sudah tepat pukul enam pagi setelah Sitara bangun dan bersiap sekolah. Ia bergegas keruang makan untuk mengambil sarapan rotinya, untuk kemudian berlari kecil keluar rumah, menghampiri mobil ayahnya.

"Tara, kamu bisa lebih cepat kan? Ayah sudah hampir terlambat."

"Maaf ayah, tadi Tara lupa belum jadwal buku. Kan agak repot yah, kalau bukunya bahasa inggris semua." ocehnya sambil meraih tangan sang mama untuk berpamitan lalu menata dirinya di bangku mobil sebelah kemudi.

Mereka melambai ke arah wanita parubaya yang tengah berdiri depan pintu sambil tersenyum. Kumudian ayahnya berbicara, "ya itu kan juga baik buat kamu. Dengan sekolah di SMA yang sudah berstandart SBI, kamu bisa lancar bahasa Inggris. Jaman sekarang itu semua pekerjaan perlu lancar bahasa Inggris…"

Mulai lagi, batin Tara. Ya ampun, pembicaraan panjang lebar dengan ayahnya seperti ini sudah sering sekali terjadi. Dan akhirnya akan hanya membuat Tara diam.

*

"Good morning. I'm Tara from Yogyakarta. Nica to meet you all." sapanya dalam bahasa Inggris, di kelas barunya X-5.

Setelah Bu Widya, guru Biologi mempersilahkannya duduk. Pelajaran dimulai seperti biasa.

Pandangan Tara untuk sekolah ini, memang sekolah yang bagus. Dilihat dari gedung bertingkatnya pun, sekolah ini terkesan mewah. Ternyata ayahnya benar-benar memilih untuk tempat sekolah putrinya.

"Hey, kenalin aku Keyla." sapa gadis disebelahnya di tengah pelajaran. Terlihat dari wajah orientalnya, bahwa dia bukan orang Indonesia asli. Terlihat juga bahwa dia ada keturunan Eropa dari matanya yang abu-abu. Bukan karena lensa kontak tentunya.

Tara tersenyum. "Hay Keyla." ucapnya singkat kembali tersenyum.

Pelajaran berlangsung seperti biasa. Tidak jauh berbeda dengan sekolahnya yang lama. Tetap menggunakan bahasa Inggris, tetap ada guru yang membosankan seperti guru Sejarah tadi, dan masih terasa menyenangkan dengan para muridnya yang terbuka, sehingga Tara mudah membaur dengan mereka. Tapi masih tetap terasa ada yang berbeda. Karena sekarang ia sendiri, sendiri dalam arti kata yang sempit. Tidak seperti dulu.

Bel istirahat sudah berbunyi. Kini Keyla tengah menemani Tara berkaliling, untuk melihat sekeliling sekolah. Setidaknya ia bisa tau tempat-tempat yang mungkin untuk ia kunjungi seperti perpustakaan, UKS, atau kantin, karen jelas ia tidak akan meneliti setiap detail isi sekolah itu.

Setelah puas berkeliling. Mereka menempatkan pilihan untuk membeli jajanan di kantin, karena jam istirahat masih sisa lima belas menit. Waktu yang cukup untuk sekedar makan makanan ringan.

Tara melihat sekeliling, sementara Keyla yang memesan makanan. Tiba-tiba pandangannya terhenti disuatu arah. Dia, laki-laki jangkung dengan kulit coklat muda. Tampangnya tidak terlalu tampan, hanya saja sangat menarik. Dia tersenyum di tengah teman-temanya yang sedikit terlihat, bahwa mereka mencuri pandang ke arahnya. Tak tau pada siapa, hanya saja arahnya menunjuk ke sekitarnya. Tara tidak mau ambil pusing dengan itu, karena Tara juga tidak mengenal mereka. Itu tidak penting.

Keyla datang dengan dua gelas es jeruk dan beberapa snack.

Tunggu. Entah ini hanya perasaannya saja, atau memang laki-laki itu berjalan ke arahnya? Terlihat dari belakang punggung Keyla yang tengah duduk di depannya, bahwa laki-laki yang tak sengaja ia perhatikan kini berjalan ke arahnya.

Laki-laki itu menarik kursi di sebelah Tara. Ia duduk, kemudian menatapnya diam. Beberapa detik kemudian terdengar suara, "hai, kamu anak baru ya." sapanya tanpa menyadari ada orang lain disana -Keyla-.

"Ya." jawab Tara singkat.

Matanya tertuju pada bawah kerah baju Tara. "Sitara Putri Adine. Nama kamu agak aneh." katanya sambil menatapkan matanya lurus-lurus ke arah Tara. Kemudian tersenyum jail.

Mata Tara terbelalak mendengar itu, "apa?" katanya sambil menyipikan mata sejenak lalu menghembuskan nafas, "terima kasih." tambahnya sambil tersenyum manis enggan meladeni.

"Ya sama-sama." jawabnya singkat.

Bel masuk kelas berbunyi.

"Wah sayang banget udah bel, sampai ketemu lagi ya." ucapnya lagi, kemudian pergi meninggalkan Tara -dan Keyla yang tengah duduk di depan mereka-.

"Astaga, dia senyum sama kamu Tar tadi? Itu wah banget, aku baru pertama kali ngeliat langsung dengan jarak sedeket itu." katanya untuk entah yang keberapa kali setelah mereka kembali ke kelas.

Ya. Dia Adit, bukan laki-laki yang cukup terkenal di sekolah itu, hanya laki-laki yang sangat terkenal untuk angkatan Adit sendiri hingga angkatan Tara dan Keyla. Mungkin karena prestasinya disekolah yang cukup bagus dalam bidang olahraga yang cukup menonjol di sekolah itu, dan karena dia juga dikenal sebagai pria yang mudah menaklukkan wanita, entah yang ini bisa dibilang prestasi atau bukan.

"Apa dia bener-bener seterkenal itu?" tanya Tara heran melihat Keyla yang sangat bersemangat.

"Iyalah. Kamu nggak bisa ngeliat sendiri apa?"

"Bisa kayaknya. Dia ganteng, eh manis deh, eh… semua deh kayaknya." jawabnya ling-lung, "tapi kalau berurusan sama orang kayak gitu pasti ribet, kayak di novel atau sinetron gitu." tambahnya datar.

"Hemm. Iya mungkin? aku juga nggak bermaksud punya urusan, cuma kakak itu emang perfect aja keliatannya. Jadi suka ngeliatnya." katanya sambil tersenyum-senyum geli dengan dirinya sendiri.

Tara ikut tersenyum melihatnya. Lucu sekali temannya ini.

*

Tara sudah bersiap makan malam ketika sang mama memanggilnya untuk turun. Ayah dan mama Tara sudah berada di ruang makan.

Mereka makan seperti biasa, sedikit sepi karena kakak Tara kini tengah ada tugas kuliah yang membuatnya harus menginap untuk dua hari kedepan bersama teman-temannya. Ya, Tara mempunyai seorang kakak laki-laki ynag sejak awal sudah memutuskan untuk kuliah di Bandung, sehingga ia sudah terbiasa disana.

"Gimana sekolahnya Tara? Bagus nggak sekolah pilihan ayah?" ayah Tara membuka pembicaraan.

"Bagus sih yah, dan nggak jauh berbeda sama sekolah Tara dulu."

"Dan teman-teman kamu? "

Tara menoleh ke arah mamanya, "oh, ya mereka baik. Tara udah punya banyak temen loh ma disekolah." katanya sambil tersenyum.

Orang tuanya pun ikut tersenyum.

*

"Apa ini? Aku kan anak baru? Kenapa bisa dapat pr serumit ini? Astaga!" keluhnya dikamar setelah melihat tugas Kimia dihadapannya. Sama seklai tidak menyadari, bahwa sekolah itu tidak akan memperdulikan atau memilih-milih untuk memberi pr kepada anak baru atau lama.Sekali lagi ia merasa ada yang berbeda dalam hidupnya. Teringat apa yang dilakukannya di saat-saat seperti ini? Dia mulai merasa sedikit… merindu.

Keesokan harinya, Tara bergegas lebih cepat, berencana untuk berangkat lebih pagi. Karena beberapa alasan, yaitu tugas yang belum selesai dan tidak mau mengulangi kejadian seperti kemarin yang hampir membuat ayahnya terlambat.

"Pagii mama, ayah! I've too late to going to school!"ucapnya dengan nada sedih dibuat-buat, lalu melanjutkan, "ups, no no. Nice girl here! Ayo berangkat, Tara udah siap." suaranya kedengaran bersemangat menghampiri orang tuanya yang tengah berjalan ke arah ruang makan.

"Semangat banget kamu hari ini?" tanya mama.

"Sarapan dulu Tara." ayahnya menyahut datar.

"Iya iya. Soalnya Tara baru beli kalung baru kemarin. Nih ma bagus kan?" katanya bangga menunjukkan kalung berbandul kalajengking hitam dengan warna pink sebagai pinggirannya, yang ia beli di toko depan sekolahnya, karena tidak sengaja melihatnya dari luar jendela toko.

Mamanya hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Setelah selesai, mereka pun pergi ke arah depan dan masuk kedalam moobil sedan ayah Tara. Seperti biasa mama Tara, setia melepas kepergian mereka dari pintu depan.

Tara mulai terbiasa. Dia masih suka memakai assesoris kalajengking ke sekolah dalam skala yang wajar, dan tidak berlebihan tentunya.

*

Hari keduanya disekolah. Ia berharap akan lebih menyenangkan. Dia berjalan santai kearah kelas. Sampai ia akan menaiki tangga kearah kelasnya, langkahnya terhenti.

Dia rasa dia berangkat pagi hari ini, ia menengok jam tangnnya. Ya, masih jam enam lewat lima menit, sedangkan bel masih akan berbunyi jam tujuh nanti. Ternyata kakak kelas yang ditemuinya dikantin kemarin juga senang berangkat pagi. Dia melihatnya sedang duduk ditangga menuju kelasnya sambil memegang buku yang bukan seperti buku pelajaran. Entah buku apa.

Tara berusaha tidak mengacuhkannya. Hanya diam, dan berupaya untuk tidak menarik perhatian ketika ia lewat. Ia bersikap biasa. Ya, mau bagaimana lagi memangnya.

Memang benar-benar seperti biasa. Karena sekilas kekhawatirannya tadi terbukti tidak beralasan. Adit tidak mengganggunya. Masih pagi, ia memutuskan untuk berdiri menyandarkan tangannya pada dinding yang sengaja dibangun untuk bangunan bertingkat itu agar penghuninya tidak terjatuh itu di depan kelasnya yang menghadap ke taman sekolah untuk menghirup udara segar.

Dan kali ini, ia cukup tersentak mendengar suara yang sama itu lagi. "Pagi Sitara Putri Adine. Kamu rajin juga ya, berangkat pagi-pagi gini." katanya lembut menatap Tara.

Tara tidak menyangka akan dipanggil selengkap itu, "pagi kak." jawabnya datar sambil tersenyum.

Adit mengarahkan matanya ke sebelah tubuhnya, mengisyaratkan Tara untuk tidak bergeser menjauh ketika ia datang berdiri disebelahnya, "nggak papa kan aku ikut berdiri disini. Udaranya segar ya"

Tara berpikir.

"Nggak usah mikir lama-lama, aku orang baik-baik kok." katanya seakan tau apa yang dipikirkan Tara. Kemudian memutuskan untuk mendekat sendiri kesebelah Tara.

Tara menyerah. Karna orang disebelahnya tidak kelihatan jahat. Walaupun wajahnya kadang jga bisa terlihat bringas.

"Oh iya, nama panggilan kamu siapa?" tanyanya langsung.

"Tara." jawabnya, "jadi kakak nggak perlu manggil nama aku selengkap itu." tambahnya.

Adit hanya mengangguk-angguk, kemudian tersenyum.

Tara melirik sedikit kearah tubuh kakak kelasnya yang memang sengaja berdiri miring ke arahnya, "oh ya, aku mau ngomong."

"Ngomong aja." sahutnya cepat.

"Kakak pernah bilang nama aku aneh? Nama kakak lebih! Aditya Daru Prasetya. Daru? Aneh!" katanya puas, membuat seakan sengaja menekankan kata 'aneh' pada kalimatnya.

Adit malah tertawa, "itu nggak aneh! Nama aku bagus tau. Banyak cewek yang suka sama nama aku disekolah ini." katanya bangga.

"Suka sama namanya kan? Bukan orangnya." Tara mencibir, "tapi buat aku itu aneh."

"Daru artinya meteor. Itu keren." sekali lagi suaranya terdengan bangga.

Tara hanya menatap meremehkan, "biasa aja."

Pikiran Adit malah melayang apa maksud gadis satu ini? Nantang? Heh, sekali lagi Adit tersenyum. Senyum kecil dengan ribuan arti tersirat teruntuk anak baru yang entah sejak kapan mulai menggali tempatnya sendiri dalam pikiran Adit.



to be continued~

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Download

Apapun proses yang tengah kamu jalani, percaya deh! Kamu hebat :)

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Angka Hoki

Cari Blog Ini

Translate

Laman

BTemplates.com

About

Copyright © Here I Am | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com