Kamu punya caramu. Ini caraku. - Nyovika

Selasa, Desember 27, 2011

Biarkan Pikiran Yang Tidak Jelas Ini Mengoceh Sebentar

Tepat di saat-saat seperti ini. Di saat-saat aku suka menulis. Aku suka menceritakan imajinasiku, dimana itu tak terbatas, dan membuatku suka membaginya.

Ya, di saat-saat seperti ini. Aku suka menceritakannya, aku bisa menambahkan simbol tulisan, mengurangi kalimat sesuka ku, dan itu, untuk saat-saat itu… menyenangkan. Aku menyukainya.

Tapi disaat-saat seperti ini… aku butuh sesuatu. Karena terkadang imajinasi ku lelah. Tau maksudku? Kadang aku merasa jenuh. Merasa jenuh dengan segala bayangan dan apa-apa yang melayang dipikiranku entah dari mana. Sudah ku bilang itu menyenangkan, di saat-saat itu. Dan yang kurasakan sekarang, adalah perasaanku yang satunya. Jenuh.

Aku memerlukan sesuatu yang nyata. Sesuatu yang benar-benar bisa kujadikan cerita. Sesuatu yang berbeda dan bukan imajinasi.

*

Kau tau aku? Ya, aku tau jawabannya pasti tidak.

Kata-kata mereka tidak hanya sekali pernah ku dengar. Suara mereka saja masih kuingat satu-persatu ketika mengatakannya. Karena mereka teman-temanku, bisa dikatakan 'lumayan dekat'.

Mereka menyebut perkataannya sebagai kritik. Dan aku menerimanya dengan perasaan. Karena aku tidak terlihat menerimanya dengan sikapku. Jangan bilang aku naïf! Aku hanya bingung bagaimana merubahnya, tidak bisakah kalian memberiku kritik sekalligus dengan saran secara lengkap?

Aku mau berubah ketika kau bilang "aku tidak peka!"

Aku mau berubah ketika kau bilang "aku tidak respect!"

Aku mau berubah ketika kalian bilang "sudahlah, percuma. Aku tidak akan mengerti!"

Benarkah kalian murni menganggap itu sebagai kritik? Ini aku yang berlebihan atau aku memang wajar merasa sedih mendengar itu dari kalian, manusia yang sudah kuberi label 'teman' dalam hidupku.

Aku mulai memikirkannya, aku bisa menerima perkataan itu. Sungguh aku bisa menerimanya.

Kita sudah saling mengenal bukan?

Apakah kau tau apa arti kata 'perubahan'?

Aku menyemangati diriku sendiri, aku beri motivasi diriku sendiri untuk bisa berubah, dan apa?

Apa kau tidak bisa melihatnya? Kau selalu menganggap ku sama. Kau tau? Aku kembali sedih karena itu.

*

Kau mengerti arti kata CINTA?

Mungkin dengan berpikir sejenak dan menata kata-kata sebentar kau bisa menjawabnya.

Dan aku, aku akui aku tidak terlalu memikirkannya. Karena sejujurnya aku tidak tau apa yang harus aku pikirkan tentang 'cinta'.

Percayakah kau bahwa aku pernah merasakan 'cinta'?

Tentu saja aku pernah. Merasakannya untuk keluarga, untuk teman, untuk orang yang peduli padaku, sahabat. Aku mencintai mereka semua.

Adakah arti lain dari 'cinta' untuk orang lain yang belum aku sebutkan?

Ya, asal kau tau. Aku bisa dengan mudah menjadi munafik dengan berkata 'tidak ada'.

*



NB: postingan ini terinspirasi dari pembicaraanku dengan 'seseorang'. ^^
Read More

Senin, Desember 26, 2011

Perjalanan Kataku

1. Aku tau kau menyukaiku.

2. Aku tau aku sangat amat menyukaimu.

3. Aku tau rasa suka ini adalah sesuatu yang implisit untuk dibandingkan.

4. Jika aku melihat ‘aku’ sebagai prajurit cinta yang tangguh, maka aku melihat kau melihat’ku’ sebagai ‘aku’, benar-benar hanya seorang ‘aku’.

5. Aku manusia, aku yang memiliki kelemahan berlimpah, aku yang tak banyak menonjolkan kelebihanku, dan aku yang tau bahwa kau tidak benar-benar melihatku.

6. Ayo tengoklah sedikit sisi sensitifku ini, yang sering kusebut perasaan.

7. Aku telah jatuh, dan itu tanggung jawabmu harusnya.

8. Aku seperti seorang skizofrenia, itu semacam orang gila. Aku gila karena cintaku padamu.

9. Angin yang menyapu daun-daun yang gugur, hujan yang menjatuhkan jutaan tetes air, hingga debu yang bertebaran di sekeliling kota adalah kawanku.

10. Kawan, bisakah kau membantuku menyelipkan potongan perasaanku untuknya dalam setiap wujudmu hingga membuatnya terbiasa merasakannya.


inspirated by:
Read More

Macet Itu Cerita Lama

Jalanan macet. Memang sudah sering terjadi. Perjalanan pulangku harus memakan waktu lebih lama lagi. Aku baru pulang sekolah, dan sekarang pukul dua siang, wajar kalau jalanan sedang macet-macetnya. Memang ada perasaan kesal, dan ada perasaan bosan merasa kesal. Karena kekesalanku juga tidak akan merubah apapun. Mobil-mobil, truk, hingga bus di depan tidak akan jalan hingga polisi lalu lintas disana menyuruh kami menggerakkan kendaraan masing-masing.

Diam-diam aku memperhatikan orang-orang dengan kendaraannya disisi lain jalan raya yang juga sama macetnya. Banyak orang sudah berpengalaman menghadapi macet sepertinya. Wajah mereka hampir semuanya datar seakan macet adalah makanan sehari-hari. Ada pula yang malah berusaha menikmati kemacetan, dengan mendengarkan musik sambil menyanyikannya dengan suara yang sebenarnya tidak lebih bagus dari radio yang kehilangan sinyal, tetapi sepertinya itu menyenangkan baginya, membuatku menahan senyum. Ada pula bapak-bapak pengendara truk yang menggunakan waktu untuk merokok, selama menunggu pengatur jalan raya itu mengijinkan truknya menggerakkan roda. Yang ini banyak terjadi, memang banyak orang yang merokok di tengah kemacetan sekarang ini. Ya, kenapa banyak sekali perokok?!

Orang-orang yang agaknya sudah sangat terbiasa dengan posisi dan kondisi seperti ini, dapat membuat diri mereka menjadi kreatif kurasa. Banyak hal bisa mereka lakukan walaupun tengah berada di tengah jalan. Ada lagi kulihat laki-laki yang masih muda tengah tertawa, dengan ponsel di genggamannya, dia sedang telfon dengan entah siapa orang di seberang sana yang sepertinya sangat mengasyikkan. Orang lainnya tidak kalah pintar memanfaatkan waktunya, kali ini pengendara truk juga. Dia terlihat tertidur pulas, sampai terdengar bel-bel kendaraan dibelakangnya yang mungkin sangat riuh ditelinganya, diapun terbangun dan menjalankan truknya sedikit maju. Begitupun dengan mobil yang ku naiki sekarang, dilajukan pelan oleh supir ayahku karena mobil didepannya mulai bergerak. Baru berjalan beberapa meter, ternyata kita harus kembali menunggu. Aku menghembuskan nafas kencang-kencang. Lama sekali!

Kali ini aku menatap lagi jendela mobil sebelah kanan ku, pandanganku terhenti di sebuah bus hijau yang ukurannya tidak sebesar bus periwisata. Aku memperhatikan orang-orang didalamnya. Ada yang terlihat sedang makan makanan yang dibungkus kertas minyak, ada yang tengah kipas-kipas karena kepanasan. Ada penjual makanan dan jajanan anak-anak di sekitar bus. Ada pula anak sekolah yang mengoceh sambil tertawa di sela pembicaraan mereka di dalam bus yang sama.

Kemudian pandanganku beralih ke pengendara motor dan sepeda. Mereka lebih beruntung sepertinya, tidak harus menunggu lama, mereka bisa selip sana selip sini, salip sini salip sana. Perjalanan mereka kelihatan lebih mudah. Berbeda denganku.

Apa? Aku hanya tinggal menunggu. Maksudku aku tidak perlu menyetir,aku tidak perlu mengeluarkan uang, aku hanya menunggu. Aku tidak megeluarkan tenaga, dan aku berani berpikir bahwa perjalananku tidak mudah? Yang aku lakukan hanya duduk dan itu sangat mudah. Hanya saja juga sangat membosankan.

Perhatianku selanjutnya adalah postur pak polisi yang berdiri di tengah pertigaan yang menjadi pusat kemacetan. Sibuk mengayunkan tangan dan kadang meniup peluit. Di waktu lain juga berteriak. Hingga akhirnya tangannya mengarah pada mobilku. Mengisyaratkan untuk menyuruh kami maju. Ya, kini aku sedikit lega karena sudah keluar dari pusat kemacetan tadi, dan mengira-ngira apa lagi yang akan terjadi setelah ini. Sesuatu yag lebih membosankan dari pada tadi kah? Atau hal menyenangkan yang menungguku. Kuharap itu selalu baik untukku.




Read More

Selasa, Desember 20, 2011

Aurora Milik Scorpio Part 1

Masih mengantuk, itu yang pertama ia rasakan ketika ia membuka mata dan menemukan sosok cahaya pagi yang menyelinap dari tirai-tirai kamarnya. Ya, kamarnya. Walaupun ia masih merasa ada perbedaan pada kamarnya yang sekarang dengan yang dulu.

Sudah hampir seminggu ia tinggal di rumah ini, karena ayahnya yang harus dipindah tugaskan ke luar kota. Maklum, ayahnya adalah seorang pegawai, bukan bos atau pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Sehingga untuk yang satu ini, ayahnya tidak bisa menolak untuk menggarap proyek gedung Supermarket yang diminta oleh atasannya langsung untuk dikerjakan. Selain itu juga, setelah proyek pembangunan selesai, ayahnya di beri tanggung jawab untuk mengelolahnya dengan baik. Akhirnya anak dan istrinya harus mengikutinya juga, karena pekerjaannya akan berlangsung lama yang memungkinkan mereka untuk harus menetap di Bandung. Karena tidak mungkin ayahnya pulang pergi dengan jarak Yogyakarta-Bandung yang cukup jauh dalam waktu yang singkat.

Beberapa hari setelah mereka sampai disana, ayahnya masih sibuk mengatur waktu untuk pekerjaan barunya, dan memilih tempat untuk sekolah putrinya. Dan hari ini adalah hari pertamanya sekolah.

Sudah tepat pukul enam pagi setelah Sitara bangun dan bersiap sekolah. Ia bergegas keruang makan untuk mengambil sarapan rotinya, untuk kemudian berlari kecil keluar rumah, menghampiri mobil ayahnya.

"Tara, kamu bisa lebih cepat kan? Ayah sudah hampir terlambat."

"Maaf ayah, tadi Tara lupa belum jadwal buku. Kan agak repot yah, kalau bukunya bahasa inggris semua." ocehnya sambil meraih tangan sang mama untuk berpamitan lalu menata dirinya di bangku mobil sebelah kemudi.

Mereka melambai ke arah wanita parubaya yang tengah berdiri depan pintu sambil tersenyum. Kumudian ayahnya berbicara, "ya itu kan juga baik buat kamu. Dengan sekolah di SMA yang sudah berstandart SBI, kamu bisa lancar bahasa Inggris. Jaman sekarang itu semua pekerjaan perlu lancar bahasa Inggris…"

Mulai lagi, batin Tara. Ya ampun, pembicaraan panjang lebar dengan ayahnya seperti ini sudah sering sekali terjadi. Dan akhirnya akan hanya membuat Tara diam.

*

"Good morning. I'm Tara from Yogyakarta. Nica to meet you all." sapanya dalam bahasa Inggris, di kelas barunya X-5.

Setelah Bu Widya, guru Biologi mempersilahkannya duduk. Pelajaran dimulai seperti biasa.

Pandangan Tara untuk sekolah ini, memang sekolah yang bagus. Dilihat dari gedung bertingkatnya pun, sekolah ini terkesan mewah. Ternyata ayahnya benar-benar memilih untuk tempat sekolah putrinya.

"Hey, kenalin aku Keyla." sapa gadis disebelahnya di tengah pelajaran. Terlihat dari wajah orientalnya, bahwa dia bukan orang Indonesia asli. Terlihat juga bahwa dia ada keturunan Eropa dari matanya yang abu-abu. Bukan karena lensa kontak tentunya.

Tara tersenyum. "Hay Keyla." ucapnya singkat kembali tersenyum.

Pelajaran berlangsung seperti biasa. Tidak jauh berbeda dengan sekolahnya yang lama. Tetap menggunakan bahasa Inggris, tetap ada guru yang membosankan seperti guru Sejarah tadi, dan masih terasa menyenangkan dengan para muridnya yang terbuka, sehingga Tara mudah membaur dengan mereka. Tapi masih tetap terasa ada yang berbeda. Karena sekarang ia sendiri, sendiri dalam arti kata yang sempit. Tidak seperti dulu.

Bel istirahat sudah berbunyi. Kini Keyla tengah menemani Tara berkaliling, untuk melihat sekeliling sekolah. Setidaknya ia bisa tau tempat-tempat yang mungkin untuk ia kunjungi seperti perpustakaan, UKS, atau kantin, karen jelas ia tidak akan meneliti setiap detail isi sekolah itu.

Setelah puas berkeliling. Mereka menempatkan pilihan untuk membeli jajanan di kantin, karena jam istirahat masih sisa lima belas menit. Waktu yang cukup untuk sekedar makan makanan ringan.

Tara melihat sekeliling, sementara Keyla yang memesan makanan. Tiba-tiba pandangannya terhenti disuatu arah. Dia, laki-laki jangkung dengan kulit coklat muda. Tampangnya tidak terlalu tampan, hanya saja sangat menarik. Dia tersenyum di tengah teman-temanya yang sedikit terlihat, bahwa mereka mencuri pandang ke arahnya. Tak tau pada siapa, hanya saja arahnya menunjuk ke sekitarnya. Tara tidak mau ambil pusing dengan itu, karena Tara juga tidak mengenal mereka. Itu tidak penting.

Keyla datang dengan dua gelas es jeruk dan beberapa snack.

Tunggu. Entah ini hanya perasaannya saja, atau memang laki-laki itu berjalan ke arahnya? Terlihat dari belakang punggung Keyla yang tengah duduk di depannya, bahwa laki-laki yang tak sengaja ia perhatikan kini berjalan ke arahnya.

Laki-laki itu menarik kursi di sebelah Tara. Ia duduk, kemudian menatapnya diam. Beberapa detik kemudian terdengar suara, "hai, kamu anak baru ya." sapanya tanpa menyadari ada orang lain disana -Keyla-.

"Ya." jawab Tara singkat.

Matanya tertuju pada bawah kerah baju Tara. "Sitara Putri Adine. Nama kamu agak aneh." katanya sambil menatapkan matanya lurus-lurus ke arah Tara. Kemudian tersenyum jail.

Mata Tara terbelalak mendengar itu, "apa?" katanya sambil menyipikan mata sejenak lalu menghembuskan nafas, "terima kasih." tambahnya sambil tersenyum manis enggan meladeni.

"Ya sama-sama." jawabnya singkat.

Bel masuk kelas berbunyi.

"Wah sayang banget udah bel, sampai ketemu lagi ya." ucapnya lagi, kemudian pergi meninggalkan Tara -dan Keyla yang tengah duduk di depan mereka-.

"Astaga, dia senyum sama kamu Tar tadi? Itu wah banget, aku baru pertama kali ngeliat langsung dengan jarak sedeket itu." katanya untuk entah yang keberapa kali setelah mereka kembali ke kelas.

Ya. Dia Adit, bukan laki-laki yang cukup terkenal di sekolah itu, hanya laki-laki yang sangat terkenal untuk angkatan Adit sendiri hingga angkatan Tara dan Keyla. Mungkin karena prestasinya disekolah yang cukup bagus dalam bidang olahraga yang cukup menonjol di sekolah itu, dan karena dia juga dikenal sebagai pria yang mudah menaklukkan wanita, entah yang ini bisa dibilang prestasi atau bukan.

"Apa dia bener-bener seterkenal itu?" tanya Tara heran melihat Keyla yang sangat bersemangat.

"Iyalah. Kamu nggak bisa ngeliat sendiri apa?"

"Bisa kayaknya. Dia ganteng, eh manis deh, eh… semua deh kayaknya." jawabnya ling-lung, "tapi kalau berurusan sama orang kayak gitu pasti ribet, kayak di novel atau sinetron gitu." tambahnya datar.

"Hemm. Iya mungkin? aku juga nggak bermaksud punya urusan, cuma kakak itu emang perfect aja keliatannya. Jadi suka ngeliatnya." katanya sambil tersenyum-senyum geli dengan dirinya sendiri.

Tara ikut tersenyum melihatnya. Lucu sekali temannya ini.

*

Tara sudah bersiap makan malam ketika sang mama memanggilnya untuk turun. Ayah dan mama Tara sudah berada di ruang makan.

Mereka makan seperti biasa, sedikit sepi karena kakak Tara kini tengah ada tugas kuliah yang membuatnya harus menginap untuk dua hari kedepan bersama teman-temannya. Ya, Tara mempunyai seorang kakak laki-laki ynag sejak awal sudah memutuskan untuk kuliah di Bandung, sehingga ia sudah terbiasa disana.

"Gimana sekolahnya Tara? Bagus nggak sekolah pilihan ayah?" ayah Tara membuka pembicaraan.

"Bagus sih yah, dan nggak jauh berbeda sama sekolah Tara dulu."

"Dan teman-teman kamu? "

Tara menoleh ke arah mamanya, "oh, ya mereka baik. Tara udah punya banyak temen loh ma disekolah." katanya sambil tersenyum.

Orang tuanya pun ikut tersenyum.

*

"Apa ini? Aku kan anak baru? Kenapa bisa dapat pr serumit ini? Astaga!" keluhnya dikamar setelah melihat tugas Kimia dihadapannya. Sama seklai tidak menyadari, bahwa sekolah itu tidak akan memperdulikan atau memilih-milih untuk memberi pr kepada anak baru atau lama.Sekali lagi ia merasa ada yang berbeda dalam hidupnya. Teringat apa yang dilakukannya di saat-saat seperti ini? Dia mulai merasa sedikit… merindu.

Keesokan harinya, Tara bergegas lebih cepat, berencana untuk berangkat lebih pagi. Karena beberapa alasan, yaitu tugas yang belum selesai dan tidak mau mengulangi kejadian seperti kemarin yang hampir membuat ayahnya terlambat.

"Pagii mama, ayah! I've too late to going to school!"ucapnya dengan nada sedih dibuat-buat, lalu melanjutkan, "ups, no no. Nice girl here! Ayo berangkat, Tara udah siap." suaranya kedengaran bersemangat menghampiri orang tuanya yang tengah berjalan ke arah ruang makan.

"Semangat banget kamu hari ini?" tanya mama.

"Sarapan dulu Tara." ayahnya menyahut datar.

"Iya iya. Soalnya Tara baru beli kalung baru kemarin. Nih ma bagus kan?" katanya bangga menunjukkan kalung berbandul kalajengking hitam dengan warna pink sebagai pinggirannya, yang ia beli di toko depan sekolahnya, karena tidak sengaja melihatnya dari luar jendela toko.

Mamanya hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Setelah selesai, mereka pun pergi ke arah depan dan masuk kedalam moobil sedan ayah Tara. Seperti biasa mama Tara, setia melepas kepergian mereka dari pintu depan.

Tara mulai terbiasa. Dia masih suka memakai assesoris kalajengking ke sekolah dalam skala yang wajar, dan tidak berlebihan tentunya.

*

Hari keduanya disekolah. Ia berharap akan lebih menyenangkan. Dia berjalan santai kearah kelas. Sampai ia akan menaiki tangga kearah kelasnya, langkahnya terhenti.

Dia rasa dia berangkat pagi hari ini, ia menengok jam tangnnya. Ya, masih jam enam lewat lima menit, sedangkan bel masih akan berbunyi jam tujuh nanti. Ternyata kakak kelas yang ditemuinya dikantin kemarin juga senang berangkat pagi. Dia melihatnya sedang duduk ditangga menuju kelasnya sambil memegang buku yang bukan seperti buku pelajaran. Entah buku apa.

Tara berusaha tidak mengacuhkannya. Hanya diam, dan berupaya untuk tidak menarik perhatian ketika ia lewat. Ia bersikap biasa. Ya, mau bagaimana lagi memangnya.

Memang benar-benar seperti biasa. Karena sekilas kekhawatirannya tadi terbukti tidak beralasan. Adit tidak mengganggunya. Masih pagi, ia memutuskan untuk berdiri menyandarkan tangannya pada dinding yang sengaja dibangun untuk bangunan bertingkat itu agar penghuninya tidak terjatuh itu di depan kelasnya yang menghadap ke taman sekolah untuk menghirup udara segar.

Dan kali ini, ia cukup tersentak mendengar suara yang sama itu lagi. "Pagi Sitara Putri Adine. Kamu rajin juga ya, berangkat pagi-pagi gini." katanya lembut menatap Tara.

Tara tidak menyangka akan dipanggil selengkap itu, "pagi kak." jawabnya datar sambil tersenyum.

Adit mengarahkan matanya ke sebelah tubuhnya, mengisyaratkan Tara untuk tidak bergeser menjauh ketika ia datang berdiri disebelahnya, "nggak papa kan aku ikut berdiri disini. Udaranya segar ya"

Tara berpikir.

"Nggak usah mikir lama-lama, aku orang baik-baik kok." katanya seakan tau apa yang dipikirkan Tara. Kemudian memutuskan untuk mendekat sendiri kesebelah Tara.

Tara menyerah. Karna orang disebelahnya tidak kelihatan jahat. Walaupun wajahnya kadang jga bisa terlihat bringas.

"Oh iya, nama panggilan kamu siapa?" tanyanya langsung.

"Tara." jawabnya, "jadi kakak nggak perlu manggil nama aku selengkap itu." tambahnya.

Adit hanya mengangguk-angguk, kemudian tersenyum.

Tara melirik sedikit kearah tubuh kakak kelasnya yang memang sengaja berdiri miring ke arahnya, "oh ya, aku mau ngomong."

"Ngomong aja." sahutnya cepat.

"Kakak pernah bilang nama aku aneh? Nama kakak lebih! Aditya Daru Prasetya. Daru? Aneh!" katanya puas, membuat seakan sengaja menekankan kata 'aneh' pada kalimatnya.

Adit malah tertawa, "itu nggak aneh! Nama aku bagus tau. Banyak cewek yang suka sama nama aku disekolah ini." katanya bangga.

"Suka sama namanya kan? Bukan orangnya." Tara mencibir, "tapi buat aku itu aneh."

"Daru artinya meteor. Itu keren." sekali lagi suaranya terdengan bangga.

Tara hanya menatap meremehkan, "biasa aja."

Pikiran Adit malah melayang apa maksud gadis satu ini? Nantang? Heh, sekali lagi Adit tersenyum. Senyum kecil dengan ribuan arti tersirat teruntuk anak baru yang entah sejak kapan mulai menggali tempatnya sendiri dalam pikiran Adit.



to be continued~
Read More

Kamis, Desember 15, 2011

Aurora Milik Scorpio [Prolog]

Cerita ini dibuat waktu pertengahan aku UAS :)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Kamu tau apa itu?" tanyanya padaku yang masih terlihat bingung, sambil melihat kemana arah telunjuknya.

"Kamu nunjuk apa sih?" wajahku masih terlihat cengo mencari-cari.

"Itu bintang! Rasi bintang scorpio!"

"Mana?" suaranya terdengar penasaran.

"Lihat dari sini makanya!" ucapnya lagi sambil menunjuk teleskop didepannya.

Aku menurutinya, kemudian memajukan wajahku ke ujung teleskop. Berulang kali aku menanyakan yang mana rasi bintangnya??

"Yang itu yang kayak huruf 'J' besar banget masa nggak keliatan?"

"Ahh. Darimana kamu tau itu rasi bintang scorpio?? Mungkin aja hanya kebetulan bintang-bintang itu disitu." kataku dengan melipat tangan didepan dada. Menyembunyikan ekspresi kesalku yang tidak menemukan apa yang ingin dia perlihatkan.

Dia hanya menatapku sekilas, kemudian memikirkan perkataanku. Langkahnya kembali mendekati teropong bintang itu sekali lagi, dan memfokuskan pandangannya.

Dia takut dia salah. Sudah lama dia ingin melihat rasi bintang scorpio secara langsung.

"Aku yakin itu rasi bintang scorpio! Kamu tau, aku pernah mendengar cerita tentang Scorpio. Kamu mau dengar?"

Aku yang melihatnya keheranan hanya mengerutkan kening, kemudian berkata,"apa?"

"Hemmm." dia menarik napas,"dulu sebelum scorpio jadi rasi bintang, dia adalah kalajengking raksasa yang di suruh oleh seseorang bernama Apollo untuk mengejar Orion. Orion itu kekasih Aurora, dewi fajar."

"Lalu? Kenapa Orion dikejar?" tanyaku dengan kening tetap berkerut.

"Kerena dia pernah sesumbar akan memusnahkan semua hewan buas dibumi, dan mempersembahkannya untuk Aurora."

Aku hanya diam, menunggunya meneruskan cerita.

"Scorpio saat itu akan membunuh Orion, sampai akhirnya ada seorang bernama Diana datang, dia suruhan Aurora untuk melindungi Orion. Dia berniat untuk membunuh Scorpio dengan bidikan panahnya, tapi malah meleset dan mengenai Orion." katanya sambil menunjukkan wajah gembira.

"Hey kenapa wajahmu malah senang? Orion meninggal kan?" tanyaku semakin heran.

"Jelas! Itu berarti yang menang Scorpio!" senyumnya melebar.

Oh jadi begitu, pikirku. Sahabatku yang satu ini benar-benar penggila Scorpio ya? Sampai-sampai dia tau sejarah tentang Scorpio.

"Eh tapi sebenernya cerita kamu agak nggak jelas! Buat apa coba Apollo nyuruh Scorpio ngejar Orion? Lalu siapa Diana yang tiba-tiba dateng dan mau bantu Aurora?" kataku mengingat dengan seksama ceritanya.

Dia kelihatan berfikir. Sepertinya dia memang kurang jelas menceritakannya, mungkin karena memori otaknya tidak sempat menyaring cerita yang diambil dari buku itu seutuhnya. Tapi yang menarik baginya memang hanya itu. Saat ada Scorpio, saat ada Aurora, dan saat Scorpio menang.

Dia menatap ke arahku, kemudian tersenyum.

"Ah itu nggak penting." dia merangkul pundakku,"yang penting itu aku suka tokoh Aurora dan aku suka Scorpio menang." katanya tidak mau kalah denganku.

"Ha?" pandanganku masih terlihat jelas seperti orang setengah sadar yang tidak bisa menelan omongannya mentah-mentah melainkan harus di lumat susah payah, "maksud kamu…"

"Astaga! Hampir jam sembilan. Aku pulang dulu yah. Dahhh." dia berlari kesebelah rumah yang memang rumahnya setelah melihat jam di tangannya.

*

Dia adalah sahabatku. Sudah hampir delapan tahun lebih aku mengenalnya sejak duduk di bangku TK. Setiap hari kita bersama, dari rumah, berangkat sekolah, waktu disekolah, hingga pulang kerumah lagi. Dia berangkat naik motor dan aku di boncengnya. Terkadang aku menggantikan jika dia lelah. Kita sering pergi bersama walau hanya sekedar mencari udara segar. Pernah waktu masih duduk di Sekolah Dasar, ada tugas menggambar binatang disekolahku. Dia menggambar satu kalajengking besar. Dan aku ikut menggambar kalajengking karena saat itu aku bingung mau menggambar apa. Banyak hal yang sama-sama kita sukai, seperti sama-sama menyukai soto ayam, tetapi tidak suka makan soto ayam pada malam hari dengan alasan aura soto ayam pada malam hari itu tidak bagus dan rasanya pun juga tidak akan enak. Dan tidak jarang kami memasak nasi goreng sendiri pada malam hari, kalau memang tidak ada makanan lain selain soto. Aku dan dia juga sering berhubungan via telephon karena tugas yang menumpuk dan PR yang sukar dikerjakan. Pada akhirnya akan membuat kami sama-sama melupakannya.

"Hay sayang!" sapanya padaku di depan pintu gerbang SMP setelah memarkirkan sepeda.

"Ih jangan sampe kita dikira aneh ya kalo ada yang dengar!" kataku pura-pura memasang wajah serius.

Dia malah tertawa kencang, "tenang sejauh ini aku masih cewek tulen yang normal! Heheh."

Aku selalu merasa nyaman ada didekat dia. Begitupun dia, kurasa.

"Ssst." bisiknya pelan ditengah pelajaran PKn.

Aku hanya meliriknya dengan sorot bertanya.

"Aku punya cerita soal Scorpio yang lebih menarik dari pada Masa Orde Baru atau Reformasi! Mau denger?" tanyanya santai disebelahku tanpa menatapku.

Aku membelalakkan mata. Bercerita tentang Scorpio? Apa sajalah. Setidaknya cerita-ceritanya tentang Scorpio memang menarik. Akupun mau mendengar.

"Dulu rasi bintang itu dipakai pelaut untuk penunjuk arah. Dan rasi bintang Scorpio selalu menunjuk arah Timur dan merupakan penunjuk arah Timur."

Aku diam menyimak cerita.

"Dan kamu tau apa fakta yang baru aku perkirakan sendiri??" ucapnya sambil tersenyum sok misterius.

"Apa memang?" tanyaku datar.

"Timur adalah arah matahari terbit!"

Aku masih memandangnya, menunggu kelanjutan kata-katanya.

"Kalau Scorpio penunjuk arah Timur. Dan Timur adalah arah matahari terbit. Bintang kita kan Scorpio, jadi aku ngambil kesimpulan bahwa kita ditakdirkan untuk selalu terbit, mengisi dan menyinari dunia!" senyumannya terurai lagi, dengan wajah penuh imajinasi.

"Astaga. Khayalanmu luar biasa." kataku dengan sorot terkagum yang sedikit di buat-buat.

"Memang Scorpio selalu luar biasa." senyumnya masih mengarah kepadaku.

*

Cerita-cerita tentang Scorpio, dan segala perangkatnya seperti kalung dengan bandul Kalajengking, gelang hingga anting, bahkan kaos kaki bergambar kalajengking masih sering aku pakai. Yang aku beli bersama-sama dengannya. Kini aku semakin jarang mendengar ocehanmu tentang zodiak kita itu. Hampir tidak pernah mendengar apa-apa yang berhubungan dengan makhluk yang kadang berbahaya itu ditelingaku.

Ada yang berbeda mulai terasa. Ada yang berubah. Sebenarnya dia kenapa? Semangatnya yang menggebu-gebu ketika bercerita tentang Scorpio, tidak lagi terasa. Kenapa?

Kata-kata lain yang masih aku ingat darinya,"…untuk selalu terbit, mengisi dan menyinari dunia, itu berarti kamu tau? Scorpio selalu mendampingi Aurora dan begitu sebaliknya. Aku punya idola baru selain Scorpio! Itu Aurora." senyum yang mengembang diwajahnya masih aku ingat dengan jelas.

Taukah kamu? Aku mulai merindukanmu.





inspirated by puisi Yolla DLL :


Merindukan Yang Dulu
oleh: Yolalanda Dhea L.L.



Menatap langit yang mendung

meraih harapan untukku

yang selalu kesepian tanpa senyummu lagi

aku hanya sebatang kara, disini…

di bumi ini….

Mungkin sudah sekian lama aku…

Mengikuti hatimu sobat…

Rerumputan sebagai saksinya

batu-batu karang menyaksikannya…

Luapan emosi pada diriku

yang mengharap uluran tangan

darimu…

Kini aku tak bisa…

Kini aku tak sanggup

tertawa, sedih, gembira bersamamu

karna kau bukan yang dulu


 
Read More

Kamis, November 24, 2011

Hemmm

Sebenernya ini cerita dua hari yang lalu. Tapi baru aku post sekarang karna ya…mau gimana lagi, aku kan anak SMA ber-otak sedang yang sibuk. Soalnya banyak ulangan, soalnya susah-susah pula. Ngenes pek bayangin nilai-nilai aku nantinya. :(

Tapi yang ini beda cerita, karna dua hari yang lalu adalah hari ulang tahun aku. Sama kayak biasa sih. Pelajaran sekolah tetep full, tetep ada PIB/bimbingan, guru-guru pada rajin nggak ada yang bolos ngajar, dan tetep ada ulangan yang buat aku mikir keras, serta tetep pulang sore, yang akhirnya bikin aku males belajar kalo malem. Tau gimana rasanya? Capek…

Capek beudd… {}

Tapi aku terima semua dengan ikhlas.

Hari ini (22 November 2011) umurku tambah banyak aja. Tambah tua aja. Dan aku menderita hari ini, karna dimana aku berada, disana pula ada teriakan "mana traktirannya??". Saya sedang kere rekkk, Astaghfirullah.

Aku merasa tua. Karna sekarang kalau aku ditanya, umur berapa? Jawabnya 16 tahun, bukan 15 tahun lagi. Padahal aku suka umur 15. Dan satu tahun kedepan, mulai dari sekarang aku bisa buat KTP (Kartu Tanda Penduduk. Terus bisa ikut pemilu, bisa milih calon persiden, kecuali kalau aku milih golput.

Sudah. Sekian cerita saya :)
Read More

Minggu, November 20, 2011

Maafkan Kebodohannya

Masih kental dipikirannya, dan masih terasa nyata dalam pandangannya. Bahkan gambar pada pot bunga di depan ruangan itu pun masih dia ingat dengan jelas. Gambar ilustrasi burung merak yang diukir tangan. Itu baru sebuah gambar, belum lagi kenangan dari dalam ruangan tadi masih berlari-lari dalam otaknya.

Dia, adalah salah satu bagian dari kelas itu. Dulu. Entah dia masih diingat atau tidak. Yang pasti dia masih mengingat semuanya. Dia bukanlah seorang yang penuh percaya diri, atau seorang yang dengan mudah mampu menceritakan apa yang dia rasa pada orang sekelilingnya. Dia orang yang tertutup.

Seiring berjalannya waktu, seiring dengan semakin seringnya suara tertawa itu terdengar, semakin dia terbiasa mendengarnya, tanpa terasa dia sudah ikut tertawa. Perasaannya mulai berubah. Berubah ketika menyadari mereka baik, mereka menyenangkan. Tapi sayangnya dia belum bisa membuka diri banyak-banyak. Dia hanya ikut tertawa dan tetap diam. Tak pernah memulai terlebih dahulu. Perasaannya memang sudah berbeda, tetapi yang terlihat oleh mereka dan yang lain…dia tetap sama. Karna tidak ada perubahan dalam sikapnya.

Tahap demi tahap kehidupannya mulai dirasa normal, tidak sesulit dulu, dimana dia hanya menyimpan semuanya sendiri. Sudah lebih dari satu semester dia ikut berkumpul diantara mereka. Perlahan dia mencoba membaur dengan yang lain. Tetapi untuk usaha awal itu masih terasa janggal. Ya, dia takut perubahannya malah akan membuatnya terlihat sok atau berlebihan.

Mungin ada yang bisa menerimanya, tetapi lebih banyak yang tidak sepertinya. Dia salah, sekarang dia malah takut bertemu mereka. Tidak tau kenapa, mungkin karna dia malu. Dia sudah terlalu jauh dari mereka. Keinginannya untuk lebih dekat dengan mereka sudah sangat terlambat pikirnya.

Lama waktu berlalu meninggalkan kenangan yang telah dibuat masa lalu bersama mereka. Dia sudah menemukan dengan jelas jalan pikirannya sendiri. Dia tau dia salah, dan dia tau dia bodoh pada saat-saat itu. Saat dimana dia berpikir kehidupan baru didepannya terlalu baru, dan membuatnya takut untuk mencoba. Kini dia berpikir ketakutan untuk mencoba adalah perbuatan orang idiot. Dan dia tidak mau menjadi orang idiot. Dan kini malah ada pertanyaan dalam kepalanya, apakah jika terlambat mencoba juga bisa dikatakan idiot? Tidak! Banyak yang bilang hidup itu pilihan. Dia ingin mencoba atau tidak dalam kehidupannya, itu juga pilihan. Dan kapan dia ingin mencobanya, itu juga pilihan. Tentu bukan salahnya jika ia baru mencoba. :)

Tahun pelajaran sudah berakhir. Keterlambatannya sudah jauh. Dia tau dia salah. Pilihan yang dia pilih sekarang adalah berpikir positif. Dimana kesalahan adalah sesuatu yang tidak perlu disesali, hanya sesuatu yang membuatnya manusiawi. Dia akan bisa melepaskan penyesalannya. Dia akan mencoba yang baru dengan cepat, agar dia dapat menutupi kesalahannya.

***

Suatu hari dia bertemu kembali dengan bagian dari masa lalunya, teman. Pertanyaan dari basa-basi hingga ungkapan kata rindu tersampaikan. Dia bingung mau menjawab apa. Dia belum yakin bahwa mereka sudah menerimanya, dan apakah dia pantas untuk mengungkapkan kerinduannya juga?

Bukan. Bukan sombong. Hanya takut.

Kalian tau? Kerinduan bukan hanya bisa dungkapkan lewat kata-kata "Aku merindukanmu"

Atau tidak hanya bisa dilihat dari seberapa sering kita mengirim pesan dinding di facebook yang bertuliskan "Aku kangen kalian".

Mengirimkan mention di twitter dengan isi "I miss you" berkali-kali.

Dia bukanlah orang yang seperti itu. Tolong jangan menganggapnya sombong. Dia ingin kalian berpikir positif, tidak untuk memikirkan betapa sombongnya dia yang tak pernah mengungkapkan kata rindu untuk mereka.

Maafkan dia yang memilih diam. Maafkan ketakutannya yang lebih besar dari keberaniannya untuk berucap. Maafkan dia yang untuk kesekian kalinya memendam semua sendiri. Maafkan kebodohannya yang terlihat munafik, menutupi semuanya dan enggan berkata jujur dihadapan kalian. Maafkan dia.


Read More

Sabtu, November 19, 2011

Seni Berkualitas Tinggi

Sebelum aku menunjukkan karya-karya tangan manusia yang amat indah dan berseni, saya mau curhat dulu.
Beberapa hari ini banyak ulangan disekolah yang banyak menguras pikiran, sampai aku bisa ngerasain gimana sih rasanya jadi orang sibuk? ._.V
Dan disela-sela pelajaran, kalau pas pelajaran sama gurunya membosankan santai seperti misalnya pelajaran sejarah, BK, dll. Biasanya aku suka coret-coret dimana-mana. Dan suatu hari aku kepikiran buat bikin postingan yang isinya coret-coretan akuuu...
Ini coret-coretanku + coret-coretan temen-temen ku, dari yang udah jadi, belum jadi, setengah jadi, sampe yang nggak jadi. Coret-coretan dari  yang biasa-biasa saja sampe yang jelek tapi tetap memiliki unsur seni. Maklum gambaran anak-anak agak autis yang sudah terlanjur berbakat :))


Itu yang diatas gambaran aku pas pelajaran sejarah :D

Kalau yang ini gambaran temen aku namanya Hardita Rachma atau nama panggilan cowoknya Dika.


Kalau yang inii gambar temen aku juga namanya Gerisela atau nama cantiknya Giman! :D 


 Nah yang ini gambar temen aku juga! Dia anaknya pendiam beud, agak miring kejiwaannya karna rumahnya di Embong Miring (?) Namanya Yolla DLL



Ini juga gambaran anak pendiam yang tadi, ilustrasi dari ketua SKI yang hidungnya mekar -.-V



Yang diatas itu gambaran aku :) ini kalau nggak salah gambar pas pulang nunggu PIB/bimbingan belajar. Yang mewarnai teman aku yang nama kerennya Is atau Srot. Bukan sengaja loh yang diwarna cuma pohon sama daunnya, soalnya si Is cuman punya warna coklat sama ijo, jadi ya sudah, kita kan anak kreatif yang memanfaatkan apa yang ada. Memanfaatkan apa emang kere -_-



Satu lagi gambar yang kece abiez abies rabies (?) Gambarnya Giman. Keren sekalee kan gambarnya, kayak Sailormoon waktu TK. x.x


Ini satu lagi gambaran aku sendiri yang gambarnya pas tengah-tengah pelajaran Seni Budaya, terus itu yang ngasih warna temenku namanya Isrotul Fitriyah, atau panggilan kerennya Is atau Srot tadi.
Kenapa warna gambarnya cuman setengah? Karna pas belum selesai mewarnai, pensil warnanya udah diambil sama yang punya! *ketauan kalo minjem* *gak modal* Jadi nggak papalah, setengah-setengah juga tetap berseni. :p

Selesai. Itu tadi coret-coretan kita, anak-anak muda yang sudah ditakdirkan kreatif :D Pede amettt *gak pede gak hidup yeh*
Sebenernya ada lagii banyak yang mau aku kasih di blog ku ini, tapi ada sebagian gambar yang fotonya ilang. Malah ada sebagian gambar lagi yang belum di poto udah ilang :(

Sudah. Bye, dadahh ~~ :'D
Read More

Rabu, Oktober 26, 2011

Bahagia Untuk Mengingatmu



Apa yang masa depan dapat tawarkan kepada kita selalu jauh lebih berharga dari apa yang masa lalu telah ambil dari kita. -Twitter-

Waktu. Kata singkat yang sering tak bertanggung jawab dalam kehidupan. Di setiap keadaan dia ada, saat senang bahkan saat susah. Tapi apa? Dia tak pernah mau ikut campur. Setelah melihat semuanya, ia pergi. Tak pernah kembali lagi. Bahkan bagaimanapun kita meminta, ia tak akan pernah kembali.

Terlihat jelas lelaki parubaya dengan kaos putih dan celana jeans selutut tengah duduk sendirian di sofa rumahnya, menatap lurus keluar jendela kaca rumahnya yang terbuka, pandangannya terfokus, tapi yang dilihat sama sekali tidak terfokus. Seperti…melamun.

Memang bukan sedang fokus melihat sesuatu, tetapi sedang fokus memikirkan sesuatu. Bayangan itu kembali muncul di dalam kepalanya. Segala pikiran tentang dia kembali merasuk dan menyebar di seluruh tubuhnya. Sedikit pening ia rasakan dikepalanya sendiri, dan jantungnya berdebar ketika mengingat itu.

Perlahan ia berdiri, memerintah tubuhnya sendiri untuk mengambil kotak album yang sengaja di letakkan di meja ruang tengahnya. Membiarkan dirinya untuk mengingat dan mengenang setiap kebiasaan yang pernah ia lakukan hingga lekuk-lekuk parasnya.

Dibawanya kotak album itu ke sofa, kemudian dibukanya kotak album yang telah berada ditangannya, terlihat warna gambar pada penutup kotak album itu sudah mulai memudar. Diam sejenak melihat isi kotak itu, ia mengambil album foto didalamnya, kemudian meletakkannya di sisi meja yang kosong. Dan ada benda lain di dalamnya ternyata, bukan album foto tapi sebuah buku. Buku bersampul merah jambu seukuran buku tulis biasa.

Tangannya mulai tergerak untuk membuka halaman pertama, gambar gadis kecil itu terlihat cantik dengan ulasan senyum di bibirnya. Masih teringat, itu foto waktu ulang tahun ke 10 nya yang sengaja ia tempelkan di halaman pertama bukunya.Gadis kecil yang manis tengah berbahagia saat itu.

Halaman selanjutnya, terdapat tanggal di baris pertama.

8 Desember 2009.

Mobil bercorak abu-abu itu berhenti setelah memasuki gerbang rumahnya. Bisa di dengar dari luar mobil bahwa orang-orang didalamnya sedang tertawa.

Beberapa saat kemudian lelaki parubaya itu turun, beralih ke sisi mobil, membukakan pintu untuknya layaknya seorang putri. Tanpa rasa canggung gadis itu melompat ke tubuh sang ayah.

"Ayah, besok aku mau diajak ke kebun bnatang lagi yaa." ucapnya bersemangat.

"Iya, besok kita kesana lagi." senyuman bahagia terlihat dibibirnya.

Bukanlah kebahagiaan yang terhingga, melihat anak satu-satunya itu tersenyum sepanjang hari.

Rintik hujan membasahi jalan raya depan sekolahnya. Udaranya dingin. Terlihat bibirnya bergetar, lama sekali batinnya. Gadis kecil yang baru duduk di bangku kelas empat sekolah dasar itu hanya sendiri di depan pintu gerbang sekolahnya.

"Ayah, lama sekali." suaranya lirih, berharap ayahnya akan mendengar mungkin bisa melalui telepati.

Ia menggosokkan kedua telapak tangannya pada lengannya sendiri, tanda bahwa ia kedinginan. Hari mulai petang. Rasa takut sedikit tumbuh dalam batinnya. Tanpa ia sadari dengan pasti, tak tau sejak kapan, air matanya sudah menetes. Ia tak tau, mungkin karena kulitnya sudah hampir mati rasa karena udara efek dari hujan yang sejak tadi masih belum mereda. Takut. Perasaan itu semakin banyak menguasainya.

Matanya mulai menyipit, kemudian mengerjap pelan. Lampu kuning dari mobil yang bejalan ke arahnya, membuatnya sulit membuka matanya secara wajar. Tetapi sesaat kemudian ia merasa lega, karena disadarinya bahwa itu mobil sang ayah.

"Ayah!! Kenapa lama sekali!" omelnya dengan tampang marah, sama sekali tak menunjukkan ketakutannya.

"Maaf sayang, jalannya macet." ucap sang ayah tergopoh. Memakaikan jaket untuk putrinya yang pasti sudah kedinginan.

Walaupun ia terlihat marah, tetapi nyatanya rasa takutnya tidak bisa ia sembunyikan dari ayahnya. Walaupun ia terlihat marah, tetapi nyatanya kelihatan jelas matanya yang sembab khas orang yang baru menangis. Pasti ia ketakutan, batin sang ayah.

***

Masih lelaki parubaya yang tadi, tenggorokannya mulai dirasa kering. Ia beranjak dari sofa untuk kemudian membuka lemari kecil di dapurnya. Mengambil bubuk kopi susu instan dan segelas air hangat untuk menjadi minumannya.

Angin yang masuk lewat jendela rumah tadi ternyata mampu membalikkan lembaran buku itu. Lembar satu dan yang lainnya berganti dengan cepat. Hingga kecepatan angin itu menurun, menghentikannya di satu halaman.

22 Desember 2011

Orang yang sabar menjagaku, itulah ayahku

Orang yang setia disampingku, itulah ayahku

Orang yang mampu menghilangkan kesedihanku, itulah ayahku

Maaf,

karna aku tidak hanya sekali membuatmu kerepotan

Mengantar dan menjemputku sekolah

Menemaniku sarapan

Menyempatkan waktumu untuk menelponku, menanyakan kabarku

Membenahi selimutku sebelum aku tidur

Aku sayang ayah!!

Ini khusus aku tulis untuk ayah, ketika teman-temanku menulis kartu ucapan untuk ibunya di hari ibu,

maka aku akan menulisnya untuk ayah.

Ketika tidak aku jumpai hari ayah, maka aku akan membuat setiap hari adalah hariku bersama ayah.

Tak akan melewati satu haripun tanpamu.



Untuk ibu disurga, aku tau kau pasti tau betapa aku dan ayah mencintaimu.

Bahagialah disana, dan bahagialah melihat aku dan ayah bahagia :)

Matanya tertuju pada halaman yang tidak sengaja dibuka oleh angin. Angin membuat lekukan kecil dibibirnya. Kembali mengingat kala itu, yang ia rasakan sebagai kekalahannya sebagai seorang ayah yang harus lemah melihat gundukan tanah yang ditumpukkan untuk menutupi raga sang anak. Karena kecelakaan tragis itu telah membuktikan kekuasaan Allah, bahwa semuanya akan kembali padaNya, bahkan apa yang paling ia cintai. Satu yang bisa di lakukan untuk mengimani-Nya. Ikhlas.

Ia berusaha untuk meyakini apa yang masa depan dapat tawarkan kepada kita selalu jauh lebih berharga dari apa yang masa lalu telah ambil dari kita.

Untuk istriku dan putriku, aku tau kalian pasti tau betapa aku amat sangat mencintai kalian.

Bahagialah disana, dan bahagialah melihat aku bahagia.

Karena aku bahagia untuk mengingat dan selalu mengenang kalian :)
Read More

Jumat, Oktober 14, 2011

Special Face is Your Own Face


Postingan blog aku kali ini, temanya adalah
Pasar.

Tema yang aku ambil ini bukan terinspirasi dari nenek aku yang kebetulan pedagang di pasar, tapi ini semua terinspirasi dari wajahku…

Wehhhh~~

Jangan pikir kalau wajahku mirip orang pasar!



Baiklah, langsung saja ke TKP –tragedy-kejadian-pasar-. (?)



Hari ini aku pergi ke koperasi siswa pas istirahat, banyak siswa-siswi SMA dari yang ganteng, cantik, baik, pinter, sampe biasa-biasa aja ngantri untuk segera menjamu perutnya. Nah, pas aku mau beli pulpen, si ibu-ibu penjaga kopsis ngomong ke aku,"kamu lho mirip sama keponakan saya. Sama-sama item, sama-sama manis juga."

Pas ngomong 'item'nya itu hlo, nggak tau kenapa teges banget!

Tapi emang kenyataan sih, Seenggaknya masih dibilang manis. Wk. Jadi nggak apalah kalau sekali-sekali.

Sekali?? Tapi ini udah yang keempat kalinya aku dimirip-miripin sama ibu-ibu kopsis itu - -

Pertama aku dengernya, ekspresi aku cuma senyum-senyum aja dibilang mirip keponakannya, yang kedua kalinya beda lagi! Aku dimirip-miripin sama kakak kelas yang sekolah sama sama aku. Padahal secara biologis, kami tidak memiliki hubungan darah. Ekspresi aku cuma senyum-senyum aja. Yang ketiga kalinya, aku dimirip-miripin sama keponakannya -lagi-. Ekspresi aku cuma senyum-senyum aja. Yang keempat kalinya aku dimirip-miripin sama keponakannya -lagilagi-. Ekspresi aku cuma senyum-senyum aja.

Ada satu kesimpulan dan tiga pemikiranku dari cerita barusan, bahwa:

Kesimpulan:

  1. Aku murah senyum.
Pemikiran:

  1. Pemikiran pertamaku, ibu-ibu kopsis itu lupa apa ya kalau udah pernah bilang aku mirip keponakannya. Kenapa mesti diulang-ulang sampe tiga kali sih?
  2. Pemikiran keduaku, atau…sebenernya ibu-ibu kopsis itu punya keponakan berapa sih? Dan kalaupun keponakannya banyak, masa bisa sampe tiga orang yang mirip aku?? Apa keponakannya ada yang kembar tiga? 
  3. Pemikiran ketigaku, apa iya wajahku pasaran? Apa iya?? Apa iyaa??? APA…IYA…????(sengaja di ulang biar dapet efek kagetnya).


    Itu baru ibu-ibu kopsis yang bilang. Dan yang men-shock-kan-nya lagi, temenku ikut-ikutan.

    Sampai sekarang sudah empat orang yang ngomong terang-terangan ke aku kalau aku mirip sama adik kelas aku. Padahal, bisa dijamin kalau secara biologis kami tidak ada hubungan darah sama sekali. Bahkan dilihat dari ayah kita, ibu kita, kakek kita, nenek kita, semua nggak sama. Dan bahkan dari nomer sepatu, tinggi badan, berat badan (dia lebih gendut) juga nggak sama. Dan kalau dibilang mirip pun, harusnya dia yang mirip-miripin aku, kan aku yang lahir duluan.

    Dunia itu sempit bukan? Dalam satu kota banyak aja yang mirip aku. (menghela nafas)

    Ya.

    Sekali lagi ini membayangiku, apa iya wajahku pasaran?

    Apa iya??

    Apa iyaa???

    APA…IYA…????

    (sengaja diulang biar yang baca semakin lancar membaca)



    Tapi kini aku sudah menemukan jawabannya.

    Bukan wajah pasaran. Tapi wajah ini spesial.

    Aku menemukan beberapa teori dimana wajah mirip-mirip bisa menguntungkan:

    Teori pertama = Wajah mirip-mirip itu memang dibutuhkan. Apalagi kalau kita kepepet jadi maling,dikejar-kejar orang. Sampe ditengah jalan ada orang yang mirip sama kita. Kan lumayan, si pengejar tadi bisa salah tangkep dan kita selamat.

    Teori kedua = Ada kalanya wajah mirip-mirip itu menguntungkan, karena nggak perlu desain banyak banyak. Cukup satu desain wajah, bisa di cetak berkali-kali. Untung lagi! Lumayan kan ongkos cetaknya jadi murah. (?)



    Astaghfirullah.

    Nggak tau itu aku dapet teori dari mana. Nggak tau salah baca, salah tulis, atau emang teorinya yang salah.

    Daripada aku kasih teori salah kayak tadi, mending aku kasih teori ini aja ya

    = Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah. Wajah adalah anugerah. Anugerah yang lebih ketika wajahmu mencerminkan kepribadian indahmu.



    (NB: sebenernya aku nggak tau kenapa aku kasih tema postingan ini 'pasar', padahal nggak ada hubungannya sama pasar. Jadi bagi pembaca *kalau ada* yang mikir apa hubungannya isi sama temanya? Jangan dipikir.)
    Read More

    Jumat, September 30, 2011

    Budaya Politik Unggul

    Budaya Politik adalah merupakan salah satu sistem politik yang sifatnya sangat signifikan sekali.

    Lebih jauh lagi marilah kita lihat hubungan antara budaya politik dan perilaku politik. Perilaku politik adalah sebuah telaahan mengenai tindakan manusia dalam situasi politik. Situasi politik sangat luas cangkupannyaantara lain : pengertian respons, terhadap perundang-undangan dan lain-lain. Jadi, denan demikian perilaku para pemilih atau pemberi suara dalam pemilihan umum, misalnya, karena dapat menggambarkansikap mereka terhadap pemerintah, merupakan salah satu telaahan tentang perilaku politik.Tindakan dan perilaku politik individu sangat ditentukan oleh pola orientasi umum yang tampak secara jelas sebagai pecerminan budaya politik. Sedikit atau banyak seorang individu terkait pada nilai keudayaan tempat ia hidup. Dari pernyataan, pidato, tulisan, bahkan dari mitos dan legenda serta folklore dapat diungkapkan hakikat pola budaya politik. Pengenalan atas budaya politik secara cermat merupakan salah satu informasi yang terpercaya bagi pengenalan sistem politik. Segala tingkah lakudapat merupakan parameter atau petunjuk yang jelas dengan siapa atau dengan apa seseorang berasosiasi. Misalnya, perilaku sebagai pencerminan budaya politik, seperti diuraikan diatas, merupakan alat pembentuk konsep yang sangat berharga, yang dapa menghubungkan atau mempertemukan telaahan tentang individu dalam lingkungan politik dengan sistem politik sebagai kesatuan.

    Budaya unggul dalam alam politik Indonesia sepertinya menjadi pekerjaan rumah yang besar, rumit, dan menuntut banyak pengorbanan. Budaya unggul sebenarnya mitos etika politik. Sejarah etika politik kita masih terjebak dalam lingkup ekonomi dan kekuasaan. Justru kedua lingkup ini menjadi penghalang bagi lahirnya sebuah budaya unggul, tetapi budaya konsumtif dan arogansi. Akibat lebih lanjut kedua budaya ini adalah lahirnya tindakan dengan tujuan menghalalkan segala cara.

    Budaya Politik Unggul didefinisikan sebagai semangat dan kultur untuk mencapai kemajuan dengan cara kita harus bisa, kita harus berbuat yang terbaik.

    Difinisi ini jelas masih belum jelas karena belum punya contoh yang konkret. Supaya lebih nyata dan tidak spekulatif dalam mengartikan budaya unggul ini, maka budaya unggul perlu dikaitkan dengan budaya politik.

    Budaya politik oleh Gabriel Almond dan Verba diartikan sebagai dimensi psikologis dari sistem politik. Dengan demikian, budaya politik mencakup perilaku, kepercayaan, tata nilai, dan keterampilan yang berkembang diseluruh bidang kehidupan masyarakat. Jelas disini yang menjadi target budaya politik itu adalah subyek yang berbudaya dan yang punya kompetensi. Almond dan Verba yakin semua orang dengan kemampuannya dapat berperan serta asalkan diberi kesempatan. Namun seandainya kesempatan menjadi monopoli orang-orang yang haus kekuasaan dan harta, jangan harap budaya dan politik yang unggul tidak bisa tidak menuntut ketulusan dari kita semua dalam berperan serta.

    Budaya dan politik unggul itu dengan kemapanan sebuah demokrasi mendapat tempat utama dalam hierarki politik. Budaya politik yang demokratik ini menyangkut suatu kumpulan sistem keyakinan, sikap, norma, dan persepsi yang menopang terwujudnya partisipasi.

    Demokrasi dalam arti ini adalah memerlukan hadirnya orang lain untuk berandil, berperan serta menyumbangakan kompetensinya.

    Budaya dan politik yang unggul akan memiliki tingkat legitimasi yang tinggi karena legitimasi itu diperoleh dari pertisipasi politik yang demokratik dimana semua masyarakat dilibatkan dalam kegiatan politik. Partisipasi politik ini penting sehingga demokrasi tidak dirasa menjadi barang mewah bagi kelompok tertentu, khususnya rakyat kecil. TIdak boleh melecehkan partisipasi rakyat. Rakyat adalah kata kunci demokrasi itu sendiri.

    Masayarakat Pluralistik.

    1. Pluralistik mengandung pengertian bahwa dalam kehidupan bersama dilandasi oleh sikap inklusif, yang bermakna bahwa dalam berhubungan dengan pihak lain tidak bersikap menang sendiri dan tidak meremehkan pendapat orang lain.
    2. Pluralistik tidak bersifat sectarian dan eksklusif yang terlalu membanggakan kelompok sendiri dan tidak memperhitungkan kelompok lain.
    3. Sikap pluralistik tidak bersifat formalistik belaka, yang hanya menunjukkan semu. Tetapi ini dilandasi sikap saling percaya , saling menghormati bahkan harus dilandasi rasa kasih sayang.
    4. Sikap pluralistik tidak bersifat ekspansif, sehingga labih mementingkan kualitas dari pada kuantitas.
    5. Pluralistik bersifat toleran.
    6. Pluralistik bersifat akomodatif dilandasi oleh kedewasaan dan pengendalian diri yang prima, juga bersifat sportif.

    Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralistik. Masyarakat Indonesia sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Lombard (2004) adalah masyarakat yang nuansa konfliknya begitu kental karena tersusun atas berbagai macam suku, agama, ras, golongan dan berbagai kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat yang diwarnai perbedaan identitas ideology dan budaya, memberikan asumsi bahwa Indonesia memiliki karakteristik yang rumit dalam setiap penyelesaian masalahnya. Profesor xxxxx pernah memberikan ulasan bahwa masyarakat pluralistik di Indonesia merupakan sebuah "Laboratorium Sosial" terbesar didunia, tidak salah memang ungkapan tersebut, tercatat sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai sekarang baragam konflik terjadi mulai dari Sabang sampai Merauke.

    Membangun Budaya Politik Unggul di Tengah Masyarakat Yang Pluralistik.

    Dalam pembangunan budaya politik unggul di tengah masyarakat yang pluralistik terdapat dua kemungkinan, yaitu berhasil atau tidak.

    Sifat pluralistik tidak pernah terlepas dari faham penyerta yakni individualisme dan liberalisme. Individualisme adalah sifat yang terlalu mengagungkan kepentingan diri sendiri, tanpa memperdulikan orang lain. Sedangkan sifat liberalisme berarti memuja kebebasan dengan menerapkan prinsip persaingan yang bebas.

    Penerapan dari kedua faham tersebut tanpa kendali pasti akan memicu terjadinya perebutan kepentingan yang bermuara pada konflik.

    Misal dari sifat atau faham individualisme, seperti yang telah dituliskan diatas sebelumnya bahwa pebentukan budaya politik tidak pernah terlepas dari rakyat, dan dan dapat terbentuk dari adanya suatu demokrasi dalam budaya politik.

    Dapat kita lihat dari kata demokrasi yang berarti tidak boleh mementingkan diri sendiri dan harus menghargai pendapat orang lain. Tidak boleh memutuskan sesuatu secara sepihak, melainkan harus dirundingkan terlebih dahulu secara mufakat.

    Jika suatu masyarakat yang individualisme di tuntut demokratis, dapat terjadi kemungkinan adanya sikap atau perilaku yang kurang adil yang memicu ketidak puasan masyarakat karena merasa pendapatnya tidak didengar dan tidak direalisasikan yang pastinya akan berakhir menjadi konflik.

    Kemudian misal dari sifat atau faham liberalisme, yang menerapkan prinsip persaingan yang bebas. Dalam membentuk budaya politik unggul, masih terdapat masalah yaitu etika politik kita masih terjebak dalam lingkup ekonomi dan kekuasaan yang bukan melahirkan budaya unggul, malah melahirkan budaya konsumtif dan arogansi. Ditambah dengan adanya sifat atau faham liberalisme ini, sehingga masyarakat dapat bersaing secara bebas, dan itu dapat memungkinkan mereka untuk mengahalalkan segala cara yang ada mengingat masalah yang telah disebutkan tadi. Sifat konsumtif serta arogansi mereka dapat mewujudkan masalah menjadi lebih nyata untuk ekonomi dan kekuasaan. Yaitu malah memanfaatkan faham ini untuk meninggikan tingkat ekonomi dan kekuasaan mereka, burukya dengan cara yang tidak sportif seperti korupsi, penggelapan-penggelapan dana, dan lain sebagainya. Tidak mewujudkan budaya politik unggul

    Itu semua adalah kemungkinan buruknya, yang mungkin tidak akan bisa mewujudkan budaya politik unggul. Tetapi disisi lain pasti ada juga kemungkinan dimana budaya politik unggul pasti terwujud.

    Dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, selalu diperlukan ideology, dasar hukum, atau cita hukum. Ini bertujuan untuk mempersatukan rakyat dari bangsa atau Negara itu sendiri demi mewujudkan kepentingan bersama juga tentunya. Cita hukum tersebut berisi nilai yang menjadi landasan bagi penyusunan peraturan perundang-undangan suatu Negara. Cita hukum ini bersifat konstitutif dan regulatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat dari bangsa yang bersangkutan. Dan kemudian isi dan prinsip dari landasan hukum suatu Negara itu harus ditegakkan dan harus mampu menyusun peraturan untuk masyarakatnya dalam bersikap dan bertingkah laku. Semuanya yang tidak terdapat dalam suatu landasan Negara tadi harus dihapus, dan semua yang menyalahi peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan juga harus di tindak tegas. Disini memang sangat diperlukan ketegasan, keadilan, dan kejujuran dari seorang pemimpin, sehingga dapat terbentuk sikap atau perilaku masyarakatnya yang tertib. Ini bukan di tunjukkan secara otoriter, tentunya suatu Negara boleh tegas, tanpa harus menutup kebebasan orang berpendapat. Setiap orang bebas berpendapat dan turut andil dalam sistem politik asalkan tetap dalam aturan, dan tidak bersikap anarkis atau bahkan sampai merugikan orang lain.

    Dengan sistem politik yang memadai, dan masyaraktnya yang bersedia turut andil dalam sistem politik, juga jalannya peraturan hukum yang jelas dan tegas. Jika itu bnar-benar dapat terbentuk, budaya politik unggul pun bukan suatu emustahilan untuk terwujud dalam suatu organisasi yang disebut bangsa atau Negara itu.

    Read More

    Jumat, September 16, 2011

    Undecided


    Satu persatu dilihatnya kumpulan gambar dua dimensi itu
    Dimana waktu bisa abadi disana
    Dimana waktu tak bisa terhapus dari sana
    Perlahan pandangannya berubah
    Semakin … sayu, matanya menyempit
    Seakan menahan air mata yang ingin keluar
    Kenapa?
    Kenapa harus kenangan jelek menyedihkan yang muncul?
    Dia seperti bukan bagian dari mereka
    Hanya orang lain yang kebetulan hidup diantara mereka
    Tapi … sebenarnya yang dia inginkan adalah,
    Hidup bersama mereka
    Bersanding dengan mereka
    Menjadi sesuatu yang berarti di tengah mereka
    Keinginannya tidak berlebihan aku kira
    Hanya butuh sedikit pengertian yang lebih jelas
    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Kehidupan ini cerita,
    Dan dia tau, dia sama sekali tidak menginginkan cerita sedih
    Apalagi itu ada pada ceritanya


     
    Read More

    Tribute For



    Hari ini ada pelajaran Fisika di sekolahku. Ya. Seperti biasa, karna aku nggak suka Fisika, jadi ya … emang biasa-biasa aja.
    Tapi guru Fisika ku yang ini aku rasa sedikit nggak biasa. Beliau bernama Pak Edi, sudah dari kelas satu SMA aku di ajar olehnya. Pak Edi ini orangnya baik, ramah, pinter Fisika, ditambah murah ngasih nilai ke muridnya. Sifat terakhir yang aku sebutin, itu yang paling aku suka.
    Setiap pelajaran Fisika beliau selalu memberi palajaran yang bermutu! Tapi maaf maaf aja, karna buat aku itu agak nggak menarik, sering bikin gondok gara-gara rumus-rumusnya yang ribet. -_-
    Tapi beliau merupakan salah satu guru yang aku suka –bukan karna pelajarannya-. Menurut aku, beliau bisa di bilang sebagai salah satu pelopor nasionalisme *eaeaa. Hehe. Karna sepenglihatan aku, beliau sangat peduli dengan murid-muridnya juga masa depannya untuk Indonesia.
    Setiap pelajaran Fisika, cukup sering beliau bercerita. Walaupun tidak di setiap pertemuan. Tapi aku suka inget sama beberapa ceritanya. Salah satunya ketika beliau bercerita tentang Lagu Balonku yang sempat menjadi perdebatan para ulama. Katanya, para ulama pernah protes pada yang menciptakan lagu berjudul Balonku. Katanya, warna-warna balon yang terdapat pada lagu tersebut yaitu hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru mempunyai arti masing-masing. Aku lupa artinya pokoknya ada politik, dan lain-lain gituu. Dan pada lagu itu yang meletus adalah balon hijau, dimana warna hijau adalah lambang para ulama. Ketika mendengarnya, teman-teman sekelasku malah tertawa. Dan ketika itu beliau juga berkata kira-kira begini: Ternyata ada ya orang yang seteliti itu apalagi sampai menganalisa arti warna dari lagu balonku. Kamipun kembali tertawa.
    Lalu ada lagi, katanya di Amerika atau mana aku agak lupa, pernah ada orang penting gitu yang suka ngumpul kayak organisasi gitu lah. Ada yang pernah mengusulkan bahwa organisme mati yang tidak berguna lagi, sebaiknya dibuang keluar angkasa karena dengan begitu tidak akan memakan lahan di bumi. Begitupun manusia yang sudah mati, karena juga merupakan organisme mati juga sebaiknya di makamkan di luar angkasa. Tetapi itu tidak di setujui. Kata guru saya tadi, sekarang masih ada saja orang yang sangat tertarik dengan luar angkasa dan menelitinya. Tapi bagaimana kalau sudah jaman anak cucu kita? Ketika tau di luar angkasa temapat pembuangan organisme mati, mungkin tidak ada lagi yang ingin kesana,karena ketika sudah sampai sana mungkin mereka malah ketakutan, belum sempat meniliti mereka sudah harus bertemu ratusan atau bahkan ribuan pocong yang berlompatan. Kemudian per-film-an Indonesia akan berkembang, bukan hanya hantu kuntilanak yang suka bertengger di pohon, tetapi juga akan ada film Pocong atau Kuntilanak Luar Angkasa. Itu kembali membuat kita membayangkan dan tertawa. Haha.
    Maish banyak cerita beliau yang menurut aku sangat menarik. Bener-bener suka aku dengernya. Sampai ada lagi cerita beliau yang terdengar seperti curhat. Awalnya beliau bercerita tentang yang berhubungan dengan Gerak Melingkar. Tentang tembakan Amerika saat berperang. Tembakannya mengarah tinggiiii sekali ke atas, kemudian akhirnya menukik kebawah, dan meledakkan tempat yang diserang seketika. Nah proses tembakan sampai menukiknya lah yang disebut dengan gerak melingkar. Lalu setelah menyampaikan rumus-rumus yang susah menurutku. Beliau berkata kira-kira begini: Saya itu ingin sekali ada ilmuan-ilmuan dari Indonesia juga untuk Indonesia. Beliau pernah bercerita juga tentang orang Indonesia, ilmuan-ilmuan yang sudah terkenal di kalangan dunia yang terlahir di Indonesia, tetapi sayangnya mereka bukan ikut mengembangkan Indonesia, tetapi malah Negara lain, seperti di Jepang, Malaysia, dan lain-lain aku lupa. Beliau ingin ada murid dari sekolahku yang bisa seperti itu, dan bisa mengembangkan Indonesia.
    Beliau ingin anak-anak muda Indonesia itu pintar-pintar. Dan pemerintah bisa lebih memfokuskan pendidikan, untuk masa depan yang lebih baik untuk individunya ataupun Negara. Lalu beliau berharap coba saja di Indonesia semua sekolah RSBI seperti sekolahku, setidaknya itu akan membantu karena perkembangan kemampuan intelektual murid akan dapat lebih tinggi. Dan seketika murid-murid dikelasku berkata, kira-kira begini: kalau begitu nggak ada orang yang mau sekolah. Guruku malah kaget mendengarnya, dan berkata dengan nada kecewa. Menyanyakan kenapa demikian? Cepat teman-temanku dan aku menjawab Mahall Pak! Raut wajah kecewa semakin terlihat dari muka beliau. Sampai aku lihat, beliau bingung mau berkata apa. Sedikit kata yang aku ingat," saya sebanarnya cuma berharap kalau murid-murid Indonesia itu bisa pintar pintar. Tapi… kalau kalian sudah bilang mahal. Ya… sudah…saya nggak bisa ngomong apa-apa lagi". Aku dengernya juga sedih sih, iyaya, aku juga pingin orang-orang bisa pinter semua. Tapi gimana juga caranya? Aku nggak tau.
    Ya, aku rasa kekecewaan itu mendasar. Seharusnya ada realisasi atau tindakan dalam harapan. Tapi kalau sendiri? Susah juga sih.
    :(

     
    Read More

    Kamis, Agustus 11, 2011

    SEL

    Sekedar berbagi, ini tugas biologiku.

    1. Mengapa di dalam sel hewan tidak memiliki dinding sel, sedangkan sel tumbuhan memiliki dinding sel?
      > Sel tumbuhan memiliki dinding sel karena tumbuhan cenderung bergerak hanya secara pasif dan secara general, tumbuhan membutuhkan suatu kekokohan untuk tetap pada posisinya dimana dia dapat hidup dan tumbuh tegak. Juga sebagai pertahanan sel, karena tumbuhan tidak dapat berlari ketika ada bahaya, maka dibuat dinding yang lebih tebal.
      > sedangkan Sel hewan tidak memiliki dinding sel melainkan lapisan membran yang elastis dikarenakan hewan melakukan aktifitas dengan gerakan-gerakan aktif (berlari, jalan, bernafas). Sehingga membutuhkan suatu kebebasan yang lebih untuk memudahkan aktifitas. Jika terdapat dinding sel, tentunya akan sangat susah bagi hewan untuk melakukan aktifitas normal.


    1. Proses sel division.
      Merupakan proses pembelahan yang terjadi di dalam sel organisme baik itu manusia maupun makhluk organisme kecil seperti bakteri,dll.
      Suatu sel melakukan "cell division" dengan tujuan memperbanyak diri atau bisa dikatakan reproduksi sel.
      Reproduksi sel itu ada tiga jnis yaitu:
      1. Amitosis yaitu terjadi pembelahan sel pada suatu oranisme mlakukan pembelahan sendiri tanpa melauli proses-proses pembelahan sel,umumnya ditemukan pada organisme prokariotik,seperti: bakteri dan algae ganggang hijau.
      2.MITOSIS adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-tahap yang teratur, yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap telofase ke tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel). Pada tahap interfase inti sel melakukan sintesis bahan-bahan inti.
    Secara garis besar dapat dijelaskan :

    • Profase :
    Pada tahap ini yang terpenting adalah benang-benang kromatin menebal menjadi kromosom dan kromosom mulai berduplikasi menjadi
    kromatid.

    • Metafase:
    Pada tahap ini kromosom/kromatid berjejer teratur dibidangpembelahan (bidang equator) sehingga pada tahap inilah kromosom/kromatid mudah diamati dan dipelajari.

    • Anafase:
    Pada fase ini kromatid akan tertarik oleh benang gelendong menuju ke kutub-kutub pembelahan sel.

    • Telofase:
    Pada tahap ini terjadi peristiwa KARIOKINESIS (pembagian inti menjadi dua bagian) dan SITOKINESIS (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian).

    3. MEIOSIS adalah reproduksi sel melalui tahap-tahap pembelahan seperti pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan (reduksi) jumlah kromosom.


     
    1. Bagaimana perbedaan eukariotik dan prokariotik dalam melakukan pembelahan?
      > Pada prokariotik pembelahan sel berlangsung secara sederhana (pembelahan biner) yang meliputi proses pertumbuhan sel, duplikasi materi genetik, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma yang didahului dengan pembentukan dinding sel baru. Proses pembelahan yang demikian dinamakan amitosis, pembelahan sel secara langsung tanpa melibatkan kromosom.

      > Pada eukariotik pembelahan sel yang dilakukan lebih rumit. Pada organisme multisel, sel somatik mengalami mitosis, sedangkan sel kelamin (yang akan menjadi sperma pada jantan atau sel telur pada betina) membelah diri melalui proses yang berbeda yang disebut meiosis.

      (Mitosis adalah proses pembahagian genom yang telah digandakan oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel. Proses ini menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan komponen sel yang nyaris sama. Mitosis dan sitokenesis merupakan fasa mitosis (fase M) pada siklus sel, di mana sel awal terbagi menjadi dua sel anakan yang memiliki genetik yang sama dengan sel awal.)


       
    2. Perbedaan komponen organik dan anorganik.
      KOMPONEN ANORGANIK
      1. Air, dimana kandungannya pada setiap tumbuhan atau hewan berbeda.

      berfungsi untuk :
      a. Pelarut berbagai zat organik dan anorganik, misalnya berbagai jenis ion-ion, glukosa, sukrosa, asam amino, serta berbagai jenis vitamin.
      b. Bahan pengsuspensi zat-zat organik dengan molekul besar seperti protein, lemak, dan pati. Dalam hal tersebut, air merupakan medium dispersi dari sistem koloid protoplasma.
      c. Air merupakan media transpor berbagai zat yang terlarut atau yang tersuspensi untuk berdifusi atau bergerak dari suatu bagian sel ke bagian sel yang
      lain.
      d. Air merupakan media berbagai proses reaksi-reaksi enzimatis yang berlangsung di dalam sel.
      e. Air digunakan untuk mengabsorbsi panas dan mencegah perubahan temperatur yang drastis di dalam sel.2. Garam-garam Mineral
      Kandungan garam-garam mineral pada berbagai tipe sel sangat bervariasi (tabel 2.2). Di dalam sel, garam-garam mineral dapat mengalami disosiasi menjadi anion
      dan kation. Bentuk-bentuk anion dan kation tersebut dinamakan ion. Ion-ion dapat terlarut di dalam cairan sel atau terikat secara khusus pada molekul-molekul lain
      seperti protein dan lipida. Secara umum, garam-garam mineral memiliki dua fungsi (Sheeler & Bianchi, 1983), yaitu :
      a. Fungsi osmosis, dalam arti bahwa konsentrasi total
      garam-garam terlarut berpengaruh terhadap pelaluan air melintasi membran sel;
      b. Fungsi yang lebih spesifik, yaitu peran seluler setiap ion terhadap struktur dan fungsi dari partikel-partikel seluler dan makromolekul.

      KOMPONEN ORGANIK
      Komponen-komponen organik sel terdiri atas protein, lipid, karbohidrat, dan beberapa komponen-komponen spesifik lainnya seperti enzim, vitamin, dan
      hormon. Lebih kurang 10-20% isi sel terdiri atas protein.
      Protein merupakan makromolekul dengan berat molekul berkisar antara 10.000-10.000.000. sedangkan karbohidrat di dalam sel kurang lebih 1% dan umumnya dalam bentuk monosakarida, disakarida, dan oligosakarida, sedangkan lipida berkisar 2-3%. Masing-masing komponen organik sel tersebut akan dibahas secara terpisah pada uraian selanjutnya.
    3. Apakah kandungan lipid penyusun sel pada setiap sel itu sama? Atau hanya salah satunya?
      Tidak sama. Karena bentuk dan ukuran sel yang tidak sama, membuat kandungan-kandungan penyusun selnya pun juga tidak sama. Tidak terkecuali kandungan lipid didalamnya.
    Read More

    Aku dan PJPnya Poconggg


    8-08-2011
    Ini semua berawal dari ke-eksis-an si Poconggg lewat account twitternya yang emang eksis begete yaitu @poconggg.
    Pocong yang –mungkin- belum diakui resmi sebagai pocong. Atau kasarnya sering disebut pocong gagal ini, pada kenyataannya dapat membuat hidupku bimbang…
    Aku galau…
    Bayangkan hampir satu bulan lebih aku bimbang gara-gara dia, benar-benar memilukan aku bimbang karena seorang dia.
    Setelah masa-masa aku aktif di twitter dengan username ku @aivikaio, aku diperlihatkan dengan acc twitter dengan username @poconggg, kemudian mulai tidak asing dengan username @poconggg. Akhirnya aku memutuskan untuk memfollow dia.
    Awalnya aku serem juga, kayaknya Pocong eksis satu ini mempunyai kepribadian yang menyeramkan. Tapi lama-kelamaan setelah aku lihat tweet nya yang kadang suka menuhin TL. Aku akuin dia emang sukses memberi julukan pada dirinya sendiri sebagai pocong gagal. Aku percaya itu.
    Dari tweet yang biasa-biasa aja, sedikit gelo, banyak ngawurnya, sampe tweet luar biasa yang dapat mengundang simpati followers-followersnya yang kalo ibarat gelas aqua ditumpuk-tumpuk. Pasti bisa bikin orang mikir keras seberapa tingginya (?) Tapi ya sudahlah apalah arti memikirkan tumpukan gelas aqua. Tidak berarti apa-apa.
    Yang berarti disini adalah perasaan aku yang mulai campur aduk, bimbang, galau gara-gara dia. Apa ini? Bisa-bisanya aku galau gara-gara seorang dia? Aku nggak kenal dia, aku nggak tau pasti wujudnya. Aku nggak tau dia tingginya seberapa? Mungkinkan se Daus mini? Atau se Hagrid di film Harry Potter? Aku nggak tau mukanya cakep atau nggak? Secara foto-foto dia mukanya selalu gelap gulita bagaikan langit mendung tanpa bintang.
    Ya. Karena antusiasnya masyarakat twitter yang tengah memperbincangkan buku PJP. Apaan PJP? Aku tau setelah melihat TL @poconggg. Itu buku. Poconggg Juga Pocong. Setelah sadarnya seorang aku dengan ke-eksis-an si Poconggg, jelas aku penasaran apa isi buku itu? Sampe-sampe buku itu ngehits abis! Malah ada yang curhat di twitter kalo buku PJP udah abis di beberapa toko buku. Dan mesti pesen kalo mau beli. Astaga.
    Akhirnya aku putuskan untuk membulatkan tekad untuk meyakinkan diriku untuk menyiapkan uang untuk membeli buku @poconggg yang sudah berhasil menggelinjangkan gelintiran manusia-manusia yang masih hidup itu.
    Dan disinilah awal kegalauanku…
    Mulailah aku usaha dengan ngomong ke temenku untuk nemenin beli buku PJP. Awalnya aku mau beli di toko buku terdekat. Tapi alhasil, bukunya setan super eksis itu nggak ada di toko-toko kecil disekitar habitatku. Dan aku berinisiatif untuk beli buku di Gramedia terdekat. Tapi kenyataannya gramedia ditempatku nggak ada yang cukup deket dengan sekedar naik angkot sekali dan jengjengjengjeng…nyampe. Aku mesti naik angkot dua sampe tiga kali baru nyampe. Atau alternatif lain aku mesti naik bis. Dan secara aku anak kota rumahan yang baik, jujur aku nggak pernah naik bis sendiri. Jadi jelas aku nggak tau harus naik bis apa biar bisa bikin aku nyampe di gramedia. Atau mungkin aku bisa naik motor. Mungkin. Kenyataannya aku nggak mau membahayakan pemakai jalanan lainnya karna ke-tidakahli-anku dalam mengendarai motor. Nggak punya SIM pula. Mulailah aku galau, kalo gini terus aku belinya gimana? Aku pingin buku itu.
    Lama. Lama. Keinginanku belum tercapai. Cukup dengan liat blog-blog tentang buku @poconggg, yang bisa ngilangin setitik rasa penasaran aku.
    Sampe akhirnya aku libur sekolah. Sehari sebelum puasa, keluargaku yang masih taat agama dan menghormati almarhum nenek dan kakekku memutuskan untuk ‘nyekar’ ke kuburan beliau. Waktu itu sore sekitar pukul empat. Jadilah keluargaku merenung, mendoakan hingga ibuku meneteskan air matanya waktu itu.
    Sudah. Cukup cerita tentang ‘nyekar’. Setelah sampe rumah cuci tangan kaki dan lain lain. Aku ngecek hape yang memang sengaja aku tinggal selama nyekar. Ada enam panggilan tidak terjawab. Pemanggil tidak diketahui. Ya. Aku nggak peduli, mungkin orang iseng.
    Malamnya, ada sms agak geje dateng ke hapeku. Karena itu sms dari teman ku, jadilah aku bales. Dan tau kabar apa yang dia bawa? Kira-kira begini.
    “Eh, tadi aku liat buku PJP di gramed. Mau aku beliin buat kamu. Tapi karna kamu aku telfon gak ngangkat, ya nggak jadi aku beliin.”
    Nyesek.
    Aku nyesel nggak bawa hape pas nyekar…
    Aku galau karna apa yang aku pinginin nggak kesampe-kesampean. Akhirnya aku usaha ngajakin temenku ke gramed itu lagi besoknya. Aku mulai seneng, optimis bakalan dapet bukunya. Tapi rencana memang hanya rencana. Selalu butuh persetujuan dari Allah. Aku sakit. Nggak sekedar sakit panas. Ini diare + muntah-muntah. Nggak lucu juga kalo aku muntah di gramed. Peristiwa pembelian bukupun tertunda.
    Sampe liburan awal puasa disekolahku selesai dan aku belum dapet apa yang aku pingin. Aku nggak semangat. Teman-teman baik yang kadang suka kasih-kasih perhatian pun datang. Ada yang mau nemenin aku ke gramedia, ada yang mau aku titipin beli buku setelah aku minta. Jadilah aku coba titip buku ke temen aku itu. Yang janjinya mau beliin aku buku hari minggu kemarin. Senenglah aku. Aku udah yakin untuk kali ini nggak akan gagal, dan PJP bisa ada ditanganku di hari senin.
    Tapi…
    Pas hari sabtu sebelumnya. DIA BILANG, kalo dia mesti ke tulungagung dan nggak bisa dititipin buku. Aku bener-bener…sedih. Kecewa tingkat budhenya akut.
    Putus asa. Udah kelamaan. Lama-lama males juga. Keburu udah nggak pingin!!
    Sampe akhirnya nggak tau temen aku yang lain dapet ilham dari mana, dia bilang mau ke gramed dan bersedia dititipin. Padahal bisa dibilang aku baru kenal di kelas yang masih bisa dibilang baru buat aku itu. Keliatannya memang usaha aku nggak repot-repot banget ya, titip sana titip sini. Kenapa emang? Hidup hidup aku, buku bukunya @poconggg. Elo elo gue gue, ini idup gue suka suka gue! << bayangin aku ngomong ininya dengan nada lembut ya.
    Ya. Jadilah aku nitip dia. Lalu besoknya, pagi-pagi temenku sms. Dia tanya tentang buku. Apa aku udah dapet buku itu? Aku jujur dong, belum. Terus dia nawarin buat mau dititipin, karna dia juga mau ke toko buku.
    Bimbang. Kan kemarin aku udah nitip temen aku yang baru kenal di kelas baru? Eh temen yang udah sekitar setahun kenal nawarin titip juga? Pikir. Pikir. Keras. Aku mikir.
    Dan aku putuskan untuk titip ke temen yang udah kenal sekitar setahun. Karna selain aku lebih percaya, dia juga temen baik aku, jadi aku nggak usah pake sungkan, dan ongkos bensin bisa nego. Finnaly aku batalin nitip ke temen yang baru kenal di kelas baru.
    Hemmm…
    Hemmm…
    Aku mau yakin. Nggak. Yakin. Nggak. Takutnya kalo aku udah yakin bakal dapet tuh buku, belakang-belakangnya nggak akan dapet lagi! Aku bersikap santai, tenang. Nggak terlalu mikir buku yang sebelumnya sempat menjadi PHP dalam hidup ku selama kira-kira sebulan.
    Hari ini, Senin 8 Agustus 2011. Aku berangkat pagi karna nggak bisa tidur abis sahur. Sampe sekolah, terjadi kebetulan yang oke. Aku ketemu teman yang udah kenal setahun di gerbang sekolah. Senyum-senyum deh aku, tanda isyarat buat nanya ‘dapet nggak bukunya?’. Eh dia senyum juga dan langsung nyaut kalo bukunya udah ditas. Ambil deh. Manis loh kita pas senyum-senyum *eaeaaa.
    Lala yeyeye lalala yeyeye. Aku dapet bukunya. Emang udah kelamaan kali ya? Tapi no problem. Aku tetep belum baca, dan masih penasaran. Dan… bukunya udah aku baca habis hari ini. Oke aku nggak nyesel beli bukumu Conggg! Pesan dan kesan tentang bukumu biarlah aku simpan dalam sinar bahagia dari mata dan tawaku. Ha ha.
    I do like your book Conggg.
    This post is tribute to Poconggg <3


    Read More

    Social Profiles

    Twitter Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

    Download

    Apapun proses yang tengah kamu jalani, percaya deh! Kamu hebat :)

    Popular Posts

    Blog Archive

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Followers

    Angka Hoki

    Cari Blog Ini

    Translate

    Laman

    BTemplates.com

    About

    Copyright © Here I Am | Powered by Blogger
    Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com