Kemarin aku mendapati adikku baru membeli balon, berwarna-warni. Balonnya cukup banyak, hampir memenuhi seluruh atap kamarku. Ya, balonnya dibiarkan melambung bebas di langit-langit kamarku. Dan jadi pemandangan yang menyenangkan sebelum aku tidur, juga setelah bangun tidur. Tidak tau jelas apa alasan adikku membeli balon-balon itu. Katanya untuk hiasan kamarku.
Aku senang melihatnya. Kuning, biru, hijau, oranye, merah, ungu, banyak diatasku ketika aku berbaring ditempat tidur. Hingga masih terbayang dalam mimpiku warna-warna yang menyenangkan itu.
Dan ketika aku terbangun pun, warna-warna cerianya mampu membuatku ikut ceria. Mampu membuatku lebih semangat ketika baru membuka mata.
*
Kamu.
Aku senang sekali ketika mendapati kamu telah memenuhi hatiku.
Kamu yang suka menanyakan hal-hal yang kurang penting, mengatakan candaan yang sebenarnya kurang lucu, hingga mungkin wajahmu yang kurang tampan.
Tapi aku menyukainya. Entah kenapa aku menyukai semua itu.
Kamu dan hal-hal tentang kamu, mampu menjadi mimpiku ketika aku nenyak tertidur.
Kamu dan hal-hal tentang kamu mempu membuatku semangat untuk kembali terbangun untuk melihatmu lagi. Bertemu lagi.
*
Hari pertama setelah balon-balon itu ada dikamarku. Ya, sejauh ini masih baik saja dan membuat kamarku punya nuansa ceria. Hanya saja ada yang sedikit berbeda, ukurannya. Agak menyusut.
Hari yang cukup lelah, beristirahat lagi diatas tempat tidurku. Hari yang sudah gelap dengan balon warna-warni diatas situ masih terasa menyenangkan. Menemaniku hingga terlelap, dan masih membuatku memimpikan warna-warninya.
Tapi ada yang berbeda di hari berikutnya. Sebelum aku terbangun, aku merasa ada yang menimpaku di perut, kemudian wajah, lalu kaki. Yang membuatku terbangun.
Ternyata benda ringan yang menimpaku adalah balon-balon itu. Dan benar, balonnya sudah mengecil, kehabisan udara hingga tak sanggup terbang lagi.
Udara itu...
Padahal balonnya sudah diikat kuat-kuat, tapi masih saja udara itu bisa menyusup keluar.
Hm, bukankah udara sangat cerdik?
Tentu cerdik, buktinya walaupun udara keluar dari balon itu perlahan-lahan dan hampir tidak ada yang tau, tapi pada akhirnya balon-balon itu semakin menyusut kehabisan udara.
Dan udara itu pun berhasil bebas.
*
Kamu yang memenuhi hatiku, lama-kelamaan semakin menjauh. Mungkin karna perasaan yang kamu punya tidak sama dengan yang aku punya.
Ya! Bukan 'mumgkin', tapi memang begitu kan?
Perlahan-lahan kamu pergi, menjauh. Tidak ada lagi pertanyaan ataupun candaan darimu. Perkiraanku, aku rasa kamu tau kalau aku punya rasa lebih, lebih dari yang kamu punya untukku.
Aku rasa kamu tau kalau aku suka. Tapi kamu tidak.
Rasanya sekarang sakit.
Dan sekarang aku tau, bahwa hanya ada aku, kamu. Bukan kita.
*
Kalau udara bisa dengan cerdik keluar dari balon,
maka cerdik-cerdiklah kamu keluar dari hatiku!
Kalau balon bisa kehabisan udara,
maka hatiku juga bisa kehabisan kamu.
Ya, pasti begitu.
Kamu akan segera tidak memenuhi hatiku lagi.
Hai. Berkunjung balik, ya. Nice blog (y) :)
BalasHapusOke, thankyou :)
Hapusbagus analoginya ya mbak
BalasHapuskeep writing
Eh makasi ya :)
HapusBalon itu kamu, udara itu aku.
BalasHapusSesungguhnya aku tidak ingin pergi, tapi kamu yang melepaskanku. Kamu memberikan sedikit ruang untuk aku keluar. Mungkin kamu saja yang tidak pernah menyadarinya. Maaf, mungkin kamu yang salah untuk menempatkan ku di hatimu, karena sesungguhnya yang aku inginkan bukan hatimu. Balon itu bukan hati, melainkan paru-paru. Jujur, aku memang menyukaimu dan bahkan menyayangimu. Tapi tidak, kita tidak di takdirkan untuk bersama. Aku pun sesungguhnya tidak benar-benar pergi, aku ada di dekatmu. Setidaknya, aku selalu ada untukmu, untuk mengisi paru-parumu. Agar kamu selalu tetap bisa hidup, "bersamaku". Itu yang aku inginkan. :')
Eyy, Sorry sudah nambahin coretan di tempat coret-coretmu. Terlebih lagi, aku berperan sebagai udara. Mungkin aku terbawa suasana oleh postingan ini. :D
HapusI really liked this post :)
Suka tambahan coretanmu kawan!
HapusSweet banget kalau sampe ada orang yg se-setia udara :')
Bisa membuat orang yg dicintai tetap hidup tanpa memiliki hatinya :')
:D
HapusTak perlu berandai-andai. Ada kok, Hmm mungkin kamu saja yang belum menemukannya. :)
Hahah, semoga bisa menemukan yg seperti itu :p
Hapussalam kenal ya.., folbek jg ya.., thx *smile
BalasHapusOkee salam kenal :)
Hapuskeren kaaaan. anologi yang bagus. ;D
BalasHapusHehe salam kenal :)
HapusThankyouu :)
BalasHapusKunjungan rutin pagi hari ... hehehe. Balonku ada lima ... hehehe. Udara segar jangan dimasukkan ... hhehe kalo keluar gak segar lagi ... lho? vika aku nyambung nggak sih?
BalasHapusHaha, ya dinyambung-nyambungin aja deh :p
Hapuswah, galaunya udah diujung tanduk yee :hehehe
BalasHapusHaha :D
BalasHapusHai postingannya bagus. Mampir sini donk http://pujaputri.blogspot.com/2014/01/dumet-school-tempat-paling-tepat-untuk.html Makasih ya :-)
BalasHapusAh, gue ga terlalu cerdas untuk mengomentari tulisan puisi seperti ini mah. Kalo gue komentari panjang tapi ga nyambung, percuma hehe.
BalasHapusTapi yang jelas, kata per katanya keren. Nyesss banget ke hati. :D
haha bagus mbak analoginya... btw soal balon, jadi kangen sama balon, pengin beli balon B)
BalasHapus