Kamu punya caramu. Ini caraku. - Nyovika

Sabtu, September 29, 2018

[Buku] Sebuah Kitab Yang Tak Suci

Hai.

Di hari-hari terakhir bulan September ini, nggak tau kenapa buku karya Phutut EA jadi buku pertama yang ingin saya bahas dalam blog saya. Nggak direncanakan juga sih sebelumnya mau bahas buku ini. Entah ini namanya review atau bukan. Tapi intinya saya pingin bahas aja. Hehe.

Buku Mojok

Buku ini cukup menarik perhatian saya, dari halaman pertama. Setiap kalimat yang digunakan menurut saya memiliki penataan kata yang cukup cerdas, dan awal cerita yang diluar biasanya membuat saya mudah menghabiskan waktu untuk terus membaca.

Jujur dari sampul cukup menipu, terlihat ringan dangan gaya animasi khas terbitan Mojok, padahal isinya sungguh berarti nggak kayak cerpen-cerpen yang saya pernah baca sebelumnya, iya, isinya nggak seringan sampulnya. Dari yang saya tau Phutut EA adalah seorang yang kelihatannya sangat kritis dan entah kenapa saya berpikiran nantinya akan sulit memahami buku-buku karya beliau.
Ya, saya pengikut Phutut EA di twitter dan instagram. Saya cukup mengira bahwa nantinya karya beliau akan ada sentilan-sentilan politik, serta kata-kata yang sarat makna.

Buku ini adalah buku karya Phutut EA pertama yang saya pernah baca. Dan saya rasa beliau berhasil menjadi salah satu penulis yang namanya akan membekas dalam kepala saya.

Buku ini berisi kumpulan cerpen, yang didalamnya terdapat 10 judul cerpen yang sekali lagi saya bilang diluar biasanya (setiap judul cerpennya). Pada setiap jalan cerita cerpennya menampakkan watak tokoh yang sulit ditebak jalan pikirannya. Namun dipadukan dengan bahasa yang masih bisa dicerna, dan lagi dengan akhir yang sulit ditebak.

Judul yang masih terngiang didalam kepala saya salah satunya Mencari Tangisan Pertama, dimana menceritakan seorang bajingan berlimpah materi yang mencari dan terus berusaha menemukan sesosok ibu bahkan berusaha menciptakan seorang ibu demi ingin merasakan bagaimana rasanya dilahirkan dan menangis untuk pertama kali. Yang jelas ini antimainstream, dan memendam arti, apalagi pembacanya beragam, mungkin akan berbeda apa yang saya pikirkan ketika membaca ini, dan apa yang kalian pikirkan ketika membacanya.
Ada lagi yang berjudul Kita Yang Menuju Diam, dimana setiap kepergian tak selalu berujung pulang. Dengan penjelasan dalam cerita yang menurut saya panjang tapi tidak berbelit-belit, nyaman dibaca.
Lalu cerpennya yang berjudul Rahim Itu Berisi Cahaya, dimana ketika saya membaca ini, saya paham bahwa manusia berpikirnya tidak statis, melainkan berubah-berubah dengan alasan beragam dan kadang diluar nalar.
Terakhir bocoran, semoga bukan spoiler namanya. Yaitu cerpen yang berjudul Si Pemungut Mimpi, cerita seseorang yang pergi lama sekali hingga kembali ke kampungnya dan memceritakaan banyak hal tentang mimpi kepada banyak orang hingga hal yang mengejutkan terjadi. Cerita yang sulit jadi kuno termakan waktu, walau nantinya akan ada cerpen-cerpen baru, karna pembahasan tentang mimpi dan rantau disini ini memunculkan latar dan bahan yang saya suka, juga susana yang nggak terlalu masuk akal tapi juga nggak berlebihan.

Udah, selain itu sebenarnya hampir semua judul menyisakan pengalaman membaca yang baru bagi saya. Walaupun untuk beberapa bagian, saya perlu baca bolak-balik agar paham. Dan bagian lain saya cukup jengkel karna saya gagal paham sama maksudnya. Tapi itu malah yang membuat saya mikir, jangan buru-buru dalam membaca, belajaro sabar vik, nggak semua orang bisa cepat dalam memahami isi buku, nikmatin aja pelan-pelan. Ojok gupuh men.


Suasana mati. Jangan sekali lagi berpikir bahwa hal itu adalan malam hari, jauhkan itu jika tidak ingin tersesat tentang suatu pengetahuan. Halaman 11
Read More

Kamis, September 13, 2018

Masih?

Sudah berapa kali kau putuskan asanya?
Sudah berapa kali kau lihatnya sesak tahan air mata?
Sudah berapa kali menyesal minta ampun berulang? Orang kok susah dibilangi.
 
*

Mata merah yang tiap pagi kulihat karna kurang tidur, akibat seringnya terbangun tak direncanakan tengah malam. Pagi ini berbeda, merahnya berkaca. Aku sedikit takut menatapnya. Bukan sedikit, aku takut menatapnya. Hatiku kelewat kurang mantap saat bangun tidur belum sepenuhnya membuka mata, dalam remang mataku sendiri aku melihat buram tatapan matanya yang berkaca hampir berair.

Salah siapa lagi kalau bukan si orang tidak tau di untung, aku.

Apa susahnya turuti kata-katanya? Dengan modal keras kepala dan tuntutan agar diri bisa berhasil. Apapun dilawan, termasuk rasa khawatirnya.
Apapun bisa berhasil asal aku berusaha, bukan asal aku melukai hatinya.
Bukankah aku ingat hatinya terlampau lembut, sampai karna sms tidak dibalas saja dia sudah sedih, khawatir, susah tidur.
Lalu masih lagi membuatnya remuk? Dia itu rapuh.
Rapuh yang menguatkan.
Suara berisik yang menenangkan tidur.
Tak bosan bangun sebelum fajar tampak, demi makan siangku, yang diam-diam diselipinya dengan harap dan doa.

Masih?
Kamu tak biasa mengiyakan hal-hal yang membuatnya tenang.
Mulai biasakan.
Jangan jahat.





Read More

Rabu, September 05, 2018

Again

When was the last time you did something for the first time?

Again.

Suasana yang aku baru tau dari sebelum-sebelumnya. Tempat yang berbeda dari biasanya. Orang-orang baru yang aku temui. Hal berbeda yang aku lakukan.

Banyak orang kreatif di luar sana, aku masih nggak ada apa-apanya, sekuku kelingkingnya pun belum. Hehe

Masih lambat, kurang belajar, kebanyakan tidur.
Ada yang bisa aku ambil jadi pelajaran, bahwa harus nyempetin sedikit-sedikit waktu untuk satu hal yang kamu sukai atau yang kamu ingin lakukan. Nggak harus satu, lebih juga boleh.

Dari mereka, aku lihat langsung efek dari 'terbiasa melakukan'.
Gerakan mereka cepat, nggak banyak mikir. Hemat waktu. Luwes. Nggak kaku.
Dari mereka aku dengar langsung, bahwa kecepatan mereka yang sekarang, dulunya butuh belajar pelan-pelan dan detail. Hemat waktunya mereka sekarang, perlu waktu lama dan berulang-ulang praktek, latihan, praktek, latihan.

Aku beruntung bisa ada pada kesempatan ini.
Mereka orang-orang yang kompeten dibidangnya keliatan rapi dan matang dalam bekerja.

Terus untuk beberapa komentar orang yang bilang kamu sok sibuk dengan hal yang nggak berhubungan dengan pekerjaan dan rutinitasmu sekarang. Jangan terlalu di ambil pusing.
Kamu nggak harus peduli sama semua orang, cukup peduli sama orang seperlunya aja. Karna mau peduli sama semua orang juga nggak mungkin, kebanyakan. Apalagi orang yang nggak pro sama kamu, nggak mendukung, nggak ngasih pendapat yang membangun. Dengerin aja sambil senyum-senyum. Kalau nggak sempat senyum ya sinisin aja dikit. Nggak papa.

Beralihlah ke orang-orang yang punya energi positif. Yang mendorong kamu untuk bebas berpikir dan mengekspresikan ide.
Yang nggak berusaha mengenali kamu dari luarnya aja.
Tapi yang yakin kalau kamu bisa. Apapun yang kamu lakukan asal diasah terus pasti akan jadi lebih tajam.
Dan usahamu usahakan jangan setengah-setengah. Biar hasilnya juga utuh nggak setengah.

Stop curhat atau membagi keluh kesah sama orang-orang yang responnya malah menjatuhkan kamu. Itu nggak selalu berarti karna kamu nggak bisa menerima kritik.
Tapi memang untuk saat ini butuh lebih banyak hal baik untuk dibangun jadi tembok kamu, semakin banyak omongan baik yang datang di kamu akan semakin kuat tembok kamu. Sampai akhirnya nanti seberapa banyak pun kritik yang datang atau celaan yang menjatuhimu, kamu nggak akan gampang runtuh.

Bener. Itu bisa jadi salah satu cara untuk membentengi diri kamu sendiri.
Sekarang kamu perlu lebih banyak praktek. Dan luangin waktu buat nonton video tutorial.

Bangun pikiranmu. Bangun kemampuanmu serapi mungkin. Kalau kamu sudah biasa rapi, maka kamu jadi nggak mudah membuat sesuatu jadi berantakan.
1&2 September 2018

"Jika pikiran saya bisa membayangkannya, hati saya bisa meyakininya, saya tau saya akan mampu menggapainya."
Jesse Jackson

Read More

Social Profiles

Twitter Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Download

Apapun proses yang tengah kamu jalani, percaya deh! Kamu hebat :)

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Angka Hoki

Cari Blog Ini

Translate

Laman

BTemplates.com

About

Copyright © Here I Am | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com