Kamu punya caramu. Ini caraku. - Nyovika

Jumat, Oktober 05, 2018

[Buku] Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Iqra' artinya bacalah. Gitu aja sudah bisa jadi motivasi seseorang buat membaca. Iya, karna dibilangin gitu.
Siapa yang dibilangin gitu?
Ya adalah pokoknya.

Buku berjudul Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ini adalah buku ketiga karya Eka Kurniawan yang pernah saya baca. Saya baca yang cetakan ulang dengan sampul barunya. Sebelumnya saya pernah membaca buku beliau yang berjudul Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau.



Dari pengalaman membaca saya sampai buku ketiga ini, saya rasa cara seorang Eka Kurniawan dalam bercerita lewat tulisannya cukup bisa dikenali, ada ciri khas dalam tulisannya. Juga menurut saya, novel ini memiliki penulisan yang rapi, bahasa yang mudah dipahami, nggak panjang-panjang penjelasannya tapi bisa diterima sama akal. Kalau dibandingkan dengan dua novel beliau yang saya pernah baca, sepertinya ini yang paling tidak panjang-panjang kalimatnya.

Eka Kurniawan memiliki gaya bercerita yang aku sebut nggak jual mahal, berani mengungkap yang mungkin beberapa orang ragu atau malu untuk menulisnya, dan kadang orang berpikir memang itu nggak perlu diungkap, tapi beliau mampu menjadikannya sebuah sajian cerita yang nggak canggung untuk dibaca. Novel ini termasuk salah satu novel yang isinya satir, ada lucunya, ada bijaknya. Dengan konflik yang cukup rumit sebenarnya, tapi bahasanya oke aja gitu masuk ke kepala, nggak bikin pusing.

Yap awal mula tokoh yang diceritakan dalam novel ini yaitu Ajo Kawir dan Si Tokek dimana mereka adalah teman baik yang suka mencari hal baru, suka berantem, nakal gitu. Suka ngintipin orang 'pacaran'. Sampai suatu hari Si Tokek ngajak Ajo Kawir untuk ngintip Rona Merah, perempuan gila yang ditinggal mati suaminya, dia tinggal sendirian namun malam itu dia tengah akan diperkosa dua orang polisi yang mungkin punya batas 'gila'nya sendiri, tidak bisa menahan birahinya sampai memutuskan memerkosa janda gila. Ya Si Tokek dan Ajo Kawir nonton peristiwa itu dengan burung yang sama-sama aktif.

Namun sialnya Ajo Kawir ketahuan dan disuruh terjun langsung ke Rona Merah, saya kira ceritanya akan membawa pada kejadian Ajo Kawir maju mengikuti jejak polisi (memerkosa si janda), ternyata tidak. Malah sejak saat itu terjadi, burungnya enggan berdiri, enggan mengeras lagi entah kenapa dan entah sampai kapan.

Banyak usaha di laluinya, juga dengan bantuan orang-orang yang amat dia percaya, demi membangunkan burungnya kembali.

"Lelaki yang tak bisa menyetubuhi perempuan seperti belati berkarat. Tak bisa dipakai untuk memotong apapun" Halaman 62

Rasa putus asanya yang sangat dalam sempat terobati sampai dia bertemu Iteung perempuan yang dia cintai dan mencintainya teramat. Sampai mereka menikah, Iteung tak menunjukkan keinginan besarnya pada burung yang bangun dan lincah, dia cukup bahagia dengan jari-jari Ajo Kawir. Begitu juga Ajo Kawir cukup bahagia dengan Iteung yang menerima dia apa adanya.

Sampai akhirnya konflik terjadi pada rumah tangganya membuka halaman bahwa Iteung tak setia, bahkan hamil buah orang lain. Cintanya putus, hidupnya putus, namun Ajo Kawir tak mati.

Pelampiasannya pada perkelahian, maunya ngajakin orang berantem, maunya bunuh orang. Sampai ada tawaran membunuh orang yang menghasilkan uang, dia terima. Namun ternyata setelah tuntas melayangkan nyawa pun, hidupnya belum juga tersambung. Iteung tak pernah mudah dilupakan. Burungnya belum juga mau bangun.

"Hidup dalam kesunyian. Tanpa kekerasan, tanpa kebencian. Aku berhenti berkelahi untuk apapun, aku mendengar apa yang diajarkan Si Burung." Halaman 123

Ajo Kawir memilih jalan hidupnya sendiri, dengan pindah kota dan memulai hidup barunya dengan menjadi supir truk andalan. Ditemani seorang kenek dan sebuah foto kesukaan yang selalu dipajang di dalam truknya. Yaitu foto seorang anak perempuan kecil, buah Iteung dan orang lain (foto yang didapatkan dari Si Tokek). Ajo Kawir menatapnya tiap hari bahkan dalam lubuk hatinya mengharap pertemuan. Padahal itu bukan anaknya kan. Hm.

Dia mengubah dirinya menjadi lebih nriman. Menerima keadaan, ikhlas, belajar ketenangan dari burungnya.

Merasa penasaran saya ingin tau apakah Ajo Kawir akan kembali pada Iteung? Apakah Iteung cukup punya kelebihan malu untuk mencari Ajo Kawir? Hm, saya anggap Iteung jahat pada Ajo Kawir.
Apakah Ajo Kawir akan mendapat akhir bahagia dihidupnya? Apakah burung akan bangun atau tidur selalu? Apakah kebahagiaan bagi Ajo Kawir harus selalu tentang burung yang bangun? Apa dia menemukan hal lain yang lebih berarti daripada memikirkan burung panutannya yang tidak bangun-bangun?

Penasaran demi penasaran mengantarkan saya tuntas membaca buku ini dengan perasaan "..."

Hehe kalian akan rasain sendiri kalau baca sampai selesai.

Banyak yang bisa saya ambil dari cerita ini.
Beberapa diantaranya, seorang Ajo Kawir yang menunjukkan prosesnya dari anak kecil yang tak suka berpikir panjang lama-lama mengolah dirinya menjadi seorang yang sabar dan tak banyak menuntut pada dirinya serta pada orang lain.

Juga kisah persahabatan yang solid antara Ajo Kawir dan Si Tokek akan banyak ditemukan ketika membaca utuh novel ini. Aku sempat kagum pada Si Tokek di beberapa bagian tentang perilakunya yang manis. Lewat dukungannya, usahanya, dan konsistennya. Dimana didalam sini walaupun mereka bisa dibilang orang bandel, tapi mereka cukup tulus.

Juga tentang pendirian yang kuat pada tokoh-tokoh yang diceritakan. Kepedulian Ajo Kawir pada orang lain, membela orang yang menurutnya benar. Suka dengan hasil tulisan Eka Kurniawan ini.

Lagi, Eka Kurniawan memang cerdas dalam memposisikan alur loncat maju mundur yang tajam, tapi tidak membuat saya menyerah dalam membacanya. Karna walaupun alur maju mundur saya nggak bingung.
Juga ceritanya yang ada tentang seks-seks nya gitu, tapi nggak vulgar yang berlebihan. Maksudnya nggak bikin 'enek' kalau dibaca. 

Dan terakhir, buku ini membuat saya ingin membaca buku-buku Eka Kurniawan yang lainnya. 




4 komentar:

  1. Ini dia buku yang belum sempat dibeli waktu ke togamas karena duitnya keburu abis hehe

    Sepertinya jalan ceritanya menarik, terima kasih atas spoilernya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. salamat membaca nanti kalo sudah beli

      Hapus
  2. Saya malah belum pernah membaca karya Eka Kurniawan. Masih kejebak, "sastra banget, gak asyik". Tp memang harus maksa sih, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau moodnya lagi bagus untuk baca bukunya Eka kurniawan, boleh baca yang ini, cukup asyik kok, dengan halaman yg ga terlalu tebal, dan soal sastranya, kalimat dibuku yg ini nggak begitu panjang-panjang, jadi lumayan cepet selesai

      Hapus

Social Profiles

Twitter Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Download

Apapun proses yang tengah kamu jalani, percaya deh! Kamu hebat :)

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Angka Hoki

Cari Blog Ini

Translate

Laman

BTemplates.com

About

Copyright © Here I Am | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com